Jadi, tanpa kerja-kerja berkualitas, oposisi Jokowi saat ini jangan mimpi untuk bisa berkuasa pada 2019."
Jakarta (ANTARA News) - Politikus PDI Perjuangan Charles Honoris mengatakan menjadi oposisi yang menjalankan fungsi checks and balances terhadap pemerintah berkuasa tidaklah mudah, dan tidak bisa cuma modal nyanyi.

"Kualitas oposisi itu ikut menentukan kualitas demokrasi. Jadi, oposisi tidak bisa cuma modal nyanyi," kata Charles di Jakarta, Rabu, menanggapi kicauan Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon yang mengubah lirik lagu "Potong Bebek Angsa".

Charles membandingkan peran oposisi dalam pemerintahan Jokowi saat ini dengan yang dilakukan PDI Perjuangan saat pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Pada 2013, untuk membuktikan bahwa kebijakan SBY menaikkan harga BBM itu salah, PDI Perjuangan sampai merancang APBN-P tandingan," kata Charles.

Lewat postur APBN-P 2013 tandingan itu, kata Charles, PDI Perjuangan membuktikan bahwa terdapat sumber-sumber lain dari anggaran negara untuk menutup subsidi tanpa harus menaikkan harga BBM. 

"Bahkan dari perhitungan tersebut, PDI Perjuangan sampai merilis harga BBM tandingan," ujar Caleg DPR untuk Dapil Jakarta III ini.

Charles mengatakan, apa yang dilakukan PDI Perjuangan saat itu adalah wujud komitmen Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk menghadirkan oposisi yang berkualitas demi demokrasi yang juga berkualitas.

"Di awal pemerintahan SBY, kita tahu Ibu Megawati menolak tawaran agar PDI Perjuangan gabung pemerintahan, dan komitmen menjadi partai penyeimbang itu dijalankan dengan baik," ujarnya.

Menurut Charles, kerja-kerja oposisi berkualitas yang dilakukan PDI Perjuangan pada 2004-2014 itu yang kemudian dinilai rakyat sehingga menang pada Pemilu 2014.

"Jadi, tanpa kerja-kerja berkualitas, oposisi Jokowi saat ini jangan mimpi untuk bisa berkuasa pada 2019," ujarnya.
 

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018