Amlapura, Bali (ANTARA News) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengindikasikan gempa vulkanik yang terjadi beberapa hari terakhir memicu magma baru yang menambah tekanan dalam Gunung Agung.

"Kemungkinan sudah ada injeksi magma baru walau pun belum signifikan," kata Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Rabu.

Akibatnya, lanjut dia, tekanan tersebut menyebabkan tinggi kolom abu saat erupsi pukul 12.20 WITA, Rabu (4/7) mencapai 2.500 meter di atas puncak gunung yang tercatat paling tinggi dibandingkan ketinggian kolom abu beberapa hari terakhir.

Ia menjelaskan kolom abu itu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Erupsi itu terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm berdurasi kurang lebih 1 menit 58 detik.

Devy menambahkan gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu saat ini masih dalam kondisi tidak stabil dan berpotensi terjadi erupsi lanjutan.

Potensi erupsi itu, lanjut dia, berupa erupsi strombolian atau erupsi yang melontarkan lava pijar dan abu seperti yang terjadi pada Senin (2/7) sekitar pukul 21.04 WITA termasuk erupsi yang terjadi pada Rabu siang ini.

"Kemungkinan ada artinya masih ada lontaran. Jika dilihat detail, masih ada kebakaran di beberapa area dekat puncak Gunung Agung," kata Devy.

PVMBG mengimbau masyarakat di luar radius 4 kilometer dari puncak Gunung Agung untuk tetap tenang dan tidak panik.

Ia kembali mengingatkan masyarakat dan wisatawan untuk tidak beraktivitas termasuk melakukan pendakian di dalam radius 4 kilometer dari puncak gunung karena merupakan zona perkiraan bahaya.

Baca juga: PVMBG: status Gunung Agung masih siaga

Baca juga: Sejumlah wilayah di Bali terpapar hujan abu

Baca juga: Dinkes Jembrana nyatakan abu Gunung Agung belum ganggu kesehatan

Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018