Bekasi (ANTARA News) - Tiupan peluit dari seorang petugas berseragam Dinas Perhubungan Kota Bekasi, Jawa Barat, yang berdiri tegap di median Simpang Poncol Jalan M Hasibuan, Bekasi Timur, Senin (11/6) dini hari terdengar nyaring di antara bisingnya suara mesin kendaraan pemudik.

Malam itu waktu menunjukan pukul 21.30 WIB saat lalu lintas mudik Idul Fitri 1439 Hijriyah/2018 Mesehi dari arah Jakarta menuju jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa telah mencapai titik klimaks di sejumlah jalan arteri Kota Bekasi sejak sore hari.

Sesekali petugas Dishub mengangkat kedua lengannya yang menggenggam tongkat lampu pengatur lalin sebagai visualisasi agar puluhan ribu unit kendaraan pemudik dari arah Jakarta mengakses seluruh lajur di dua jalur Jalan M Hasibuan.

Rupanya, rekayasa lalin `one way` yang populer di kawasan Puncak, Cisarua, Bogor itu menjadi andalan Dinas Perhubungan Kota Bekasi dalam mengurai lonjakan volume pemudik yang nyatanya terjadi di luar prediksi kajian teknis pada malam itu.

Situasi tersebut diakui oleh Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Bekasi Johan Budi Gunawan bahwa puncak arus mudik Lebaran tahun ini meleset dari perkiraan semula.

Sebelumnya Dishub memprediksi puncak mudik akan terjadi Selasa (12/6) atau Rabu (13/6) malam atas perhitungan waktu cuti bersama Lebaran dari mayoritas perusahaan swasta di Tangerang, Jakarta dan Bekasi.

"Uniknya, hampir seluruh perusahaan swasta itu ternyata hanya mempekerjakan karyawan mereka setengah hari pada Senin (11/6). Pada Senin siangnya, karyawan itu istirahat sebentar di rumah, sorenya langsung berangkat mudik. Ini terjadi secara masif dan benar-benar di luar perkiraan kami, " kata Johan.

Meski pada saat itu pihaknya tidak melakukan penghitungan secara pasti angka kendaraan pemudik di Kota Bekasi, namun Johan memastikan seluruh jalan arteri lintasan pemudik sepanjang 11,5 kilometer di Kota Bekasi telah terisi penuh oleh kendaraan pemudik.

Sekitar 250 personel Dishub dituntut harus bekerja ekstra mengurai kepadatan dengan mengalihkan gelombang pemudik di Jalan M Hasibuan untuk mengisi lintasan alternatif menuju Pantura, seperti Jalan RA Kartini, Jalan Dewi Sartika, Jalan Cut Meutia dan Jalan Ir H Djuanda lantaran koridor utama Jalan M Hasibuan menuju Jalan Inspeksi Kalimalang, Kabupaten Bekasi telah penuh sesak oleh kendaraan dari Jakarta.

Kebijakan yang ditempuh Johan itu sempat menuai protes dari banyak pemudik yang tersasar di jalur alternatif Kota Bekasi dalam situasi kemacetan dan jarak tempuh yang lebih jauh.

Selain didominasi jenis sepeda motor dan mobil pribadi, lintasan alternatif pada malam itu juga dilalui pemudik berkendara bus yang memanfaatkan jalan arteri Kota Bekasi sebagai alternatif dari kemacetan parah yang terjadi pada lintasan Tol Jakarta-Cikampek di waktu yang nyaris bersamaan.

"Ini petugasnya gimana sih, kok kita dibiarkan berputar-putar di dalam Kota Bekasi. Justru jalan alternatif ini malah mengulur waktu perjalanan," keluh seorang pemudik dari dalam bus tujuan Solo, Jawa Tengah.

Johan menyadari, bahwa keputusan dirinya untuk mengisi penuh seluruh pelintasan mudik di Kota Bekasi pada malam itu merupakan keputusan terbaik dari kemungkinan situasi terburuk yang akan terjadi. Alasannya, gelombang puncak mudik saat itu, nyatanya juga tidak terantisipasi dengan baik oleh Dishub Kabupaten Bekasi selaku daerah `tetangga` yang menerima estafet lintasan pemudik dari Kota Bekasi.

Pemudik yang keluar dari wilayah Kota Bekasi via Jalan M Hasibuan-Jalan Chairil Anwar Kota Bekasi tertahan laju kendaraannya di sekitar lampu lalu lintas Simpang Jembatan Grand Wisata Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi akibat faktor penyempitan badan jalan.

"Kepala Badan Penyelenggara Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihantono pada malam itu sampai menelepon saya, karena dia memonitoring kemacetan di wilayah Bekasi," kata Johan.

Menurut dia, waktu henti kendaraan di lampu lalu lintas Simpang Grand Wisata Tambun yang terlalu panjang memicu kepadatan panjang kendaraan pemudik yang mengekor hingga Jalan M Hasibuan Kota Bekasi sejauh lebih dari 10 kilometer.

"Kalau saja Dishub Kabupaten Bekasi mau mengabaikan waktu lampu lalu lintas di sana, maka katup sumbatan pasti terbuka," katanya.


Tol Jakarta-Cikampek

Kondisi serupa juga dialami arus lalu lintas pemudik di lintasan Tol Jakarta-Cikampek. Dalam siaran pers yang diterima Antara di Bekasi, General Manager Jasa Marga Cabang Jakarta - Cikampek, Raddy R Lukman mengakui puncak arus mudik pada wilayah kerjanya juga luput dari prediksi.

"Berdasarkan hasil evaluasi, kepadatan yang sempat terjadi pada Selasa (12/6) atau di luar dari prediksi puncak arus mudik disebabkan karena adanya gangguan kendaraan di beberapa titik di lajur Jakarta-Cikampek, sehingga memerlukan waktu penanganan yang cukup signifikan, " katanya.

PT Jasa Marga Tol Jakarta-Cikampek mencatat volume lalu lintas mudik Lebaran sepanjang 7-13 Juni 2018 dari arah Jakarta melalui Gerbang Tol Cikarang Utama mencapai 646.000 unit kendaraan.

.Jumlah itu terhitung berdasarkan angka transaksi lintasan pemudik di GT Cikarang Utama sejak H-8 (7/6) hingga H-2 (13/6) terpantau 646.000 kendaraan.

Menurut dia, jumlah tersebut meningkat sekitar 37 persen dari volume lalin normal sebanyak total 469.000 unit.

Jasa Marga juga mencatat distribusi lalu lintas dari GT Cikarang Utama, Kabupaten Bekasi, ke Jalur Utara via GT Palimanan dan GT Cikampek mencapai 61 persen dari total volume mudik.

Sedangkan untuk kendaraan yang menuju Jalur Selatan via GT Sadang dan GT Cileunyi mencapai 39 persen dari volume mudik.

"Untuk lalin pada H-2 Lebaran sendiri, Jasa Marga mencatat 83.737 kendaraan meninggalkan Jakarta melalui GT Cikarang Utama. Angka tersebut naik 24 persen dari volume lalin normal, 67.112 kendaraan," katanya.

Pada hari H Lebaran Jumat (5/6) pihaknya mencatat total lintas pemudik mencapai total 90. 000 lebih kendaraan yang meninggalkan Jakarta Melalui GT Cikarang Utama. Jumlah tersebut meningkat 35,00 persen dari volume lalin normal yaitu 67.112 kendaraan.

Sedangkan untuk arah menuju Jakarta terpantau 46.474 kendaraan melewati GT Cikarang Utama menuju Jakarta. Jumlah tersebut menurun 34,91 persen dari volume lalin normal yaitu 71.398 kendaraan.

Jasa Marga juga mencatat distribusi lalu lintas dari GT Cikarang Utama ke Jalur Utara (via GT Palimanan dan GT Cikampek) adalah sebesar 54,66 persen. Sedangkan untuk kendaraan yang menuju Jalur Selatan (via GT Sadang dan GT Cileunyi) adalah sebesar 45,34 persen.

Peningkatan volume lalin pada hari H Lebaran, dipengaruhi faktor lalin silahturahmi maupun lalin ke arah tempat wisata. Terbukti, volume lalin di Jalan Tol Jagorawi via GT Ciawi meningkat 27,62 persen dibanding volume lalin normal, 28.275 kendaraan.


Contraflow

Raddy mengatakan, pada puncak mudik tersebut pihaknya memonitoring antrean kendaraan menular mulai dari kawasan Cawang, Jakarta hingga KM39 Karawang. Bahkan sejumlah pemudik sempat dialihkan arusnya menuju sejumlah ruas jalan arteri dalam kota karena kapasitas tampung tol yang sudah tidak mampu menampung kendaraan.

Rekayasa lalin contraflow dianggap pihaknya sebagai solusi yang paling efektif mengurai kemacetan di lintasan tol atas diskresi dari pihak kepolisian Patroli Jalan Raya (PJR).

Rekayasa lalin lawan arah itu diterapkan dengan mengambil lajur cepat arah sebaliknya yang dibatasi dengan rambu kerucut sebagai area pembatas.

Pihaknya mencatat titik kepadatan terjadi di sejumlah area istirahat atau rest area di antaranya KM19 Tambun dan KM39 Karawang akibat keluar masuk kendaraan serta antrean di dalam rest area.

Namun demikian, hasil evaluasi secara keseluruhan, arus mudik 2018 relatif terkendali berkat kerja sama seluruh pihak dalam upaya mengurai kepadatan pengendara.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018