Trenggalek (ANTARA News) - Ribuan warga Trenggalek, Jawa Timur menggelar aksi solidaritas berdoa sambil menyalakan lilin keprihatinan untuk korban serangan bom bunuh diri di Surabaya, sepekan terakhir.

Plt Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin, Kamis menyatakan aksi solidaritas itu digelar untuk menggunggah rasa bela bangsa sekaligus kesatuan gerak antara aparat keamanan (TNI/Polri) dalam melawan terorisme.

"Ini wujud solidaritas kemanusiaan kami. Wujud kepedulian dan empati atas beberapa kasus terorisme yang menyerang beberapa wilayah di Indonesia, termasuk yang terkahir terjadi di Surabaya, Sidoarjo maupun Mako Brimob di Jakarta," kata Arifin menjelaskan.

Arifin sendiri hadir memimpin aksi solidaritas yang diikuti jajaran kepolisian, TNI, tokoh lintasagama dan masyarakat umum tersebut.

Pada kesempatan iti, tokoh lintas agama memimpin doa secara bergantian sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing-masing.

Usai doa bersama, seluruh peserta aksi secara bersama-sama menyalakan lilin serta menyanyikan lagu Bagimu Negeri dan Indonesia Pusaka.

"Kita semua mengutuk tindakan terorisme. Kita tidak boleh kalah, negara tidak boleh kalah. Kita tidak takut, kita akan lawan," seru Arifin.

Ia juga mengingatkan akan pentingnya nilai persatuan sehingga bangsa ini tidak mudah dipecah-belah meskipun telah beberapa kali berusaha diserang oleh kelompok-kelompok yang berusaha menghancurkan bangsa Indonesia.

Arifin juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak serta-merta menuduh terhadap kelompok atau golongan tertentu.

Sebab menurutnya, pelaku teror sekalipun bisa jadi hanyalah korban dari ajaran-ajaran radikal.

"Ini adalah bentuk doa kita, semoga aksi-aksi terorisme segera berhenti di Republik Indonesia dan ini juga solidaritas masyarakat Trenggalek untuk warga di Surabaya, di Sidoarjo dan di mana pun berada yang selama ini dicekam oleh terorisme," katanya

Usai acara, para peserta aksi doa bersama dan solidaritas tersebut membubuhkan tanda tangan sebagai bentuk pernyataan perang terhadap terorisme.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018