Kupang, NTT (ANTARA News) - Calon Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur periode 2018-2023, Emilia Nomleni, mengharapkan peran gereja dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak yang sering terjadi di daerah ini.

"Untuk menghilangkan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak ini memang sulit, namun upaya untuk mengurangi, saya rasa bisa, dan peran gereja sangat kita harapkan," katanya, di Kupang, Minggu.

Ia menekankan peran penting gereja itu, karena gereja selalu mengajarkan cinta kasih dalam membentuk spritualitas umatnya, sehingga upaya dalam mengatasi kekerasan dalam rumah tangga bisa diminimalisir.

Nomleni yang diusung PDI Perjuangan dan PKB ini memandang penting menggelar penelitian terhadap persoalan psikologi dan spritualitas pelaku kekerasan.

Menurut Mama Emi, demikian wanita berambut perak ini sering disapa, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di NTT tidak bisa dianggap remeh.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Rumah Perempuan Kupang, dari 2002 sampai dengan 2017, sudah terjadi 3.621 kasus kekerasan.

"Walau dalam dua tahun terakhir kasus ini menurun, namun masih tergolong tinggi," katanya dan menjelaskan kasus yang terjadi pada 2016 hanya 327 kasus, dan 2017 tercatat 320 kasus.

Atas dasar kasih sayang dan cinta kasih tersebut, Mama Emi percaya pihak gereja dan institusi agama lain yang mengajarkan tentang cinta kasih, merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak di NTT.

Mama Emi tetap optimistis terhadap peran gereja sebagai penyebar cinta kasih dalam mengatasi masalah kekerasan tersebut, karena para pelaku tindakan kekerasan adalah orang dekat dalam hubungan sosial kemasyarakatan.

"Mungkin karena saya dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menjalani ajaran cinta kasih, sehingga saya sangat yakin jika gereja mampu mengatasi masalah kekerasan ini," katanya.

Ia menambahkan kalau gereja sudah memulai dengan spiritual yang kuat, maka bisa mendorong semua orang menciptakan kepedulian terhadap perempuan dan anak yang menjadi korban kekerasan.

"Terus terang saja, tidak semua persoalan yang dihadapi menjadi tanggung jawab pemerintah semata, tetapi semua elemen masyarakat, termasuk gereja," ujarnya.

"Ini menjadi agenda besar dari kita. Kita akan membuat kelompok-kelompok yang terdiri dari banyak stakeholder, baik pemerintah, gereja, LSM, untuk mendorong dan menjaga perempuan dan anak dari tindak kekerasan," katanya.

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018