Magelang, Jawa Tengah (ANTARA News) - Kaum muda Katolik Gereja Paroki Santo Ignatius Kota Magelang menggelar visualisasi penyaliban Yesus Kristus dalam kemasan budaya Jawa dengan tema "Karsa Dalem Kalampahana (Terjadilah kehendak-Mu)" pada Jumat.

Para pelaku drama penyaliban Yesus sebagai peringatan Jumat Agung (wafat Yesus di salib) mengenakan pakaian adat Jawa, dengan pemeran Yesus berbaju lurik dan penutup kepala berupa iket; Bunda Maria mengenakan jarit, kebaya putih, dan kerudung; Pilatus berkostum kebesaran raja; para imam agung berpakaian ala priyayi Jawa; serta para prajurit lainnya mengenakan seragam pasukan bergada.

Ratusan warga mengikuti drama di seluruh ruang terbuka kompleks Gereja Paroki Santo Ignatius di pusat Kota Magelang itu, yang juga disaksikan oleh Vikep Kedu Romo Krisno Handoyo dan imam gereja paroki setempat Romo Yunarvian Dwi Putranto, serta para pemuka umat setempat.

Mereka yang memainkan visualisasi penyaliban Yesus itu ada 45 orang, sebagian besar anggota peguyuban Orang Muda Katolik, Pendampingan Iman Remaja Gereja Santo Ignatius Kota Magelang, dan pelajar SMA Kristen Indonesia Kota Magelang.

"Peristiwa ini mengingatkan umat betapa besar cinta kasih Allah kepada manusia. Harapannya, kita semua taat dan setia mendengarkan kehendak Allah," kata Romo Yunarvian, yang akrab disapa Romo Yuyun, dalam bahasa Jawa saat membuka pergelaran itu.

Drama dengan narasi Bahasa Jawa itu meliputi beberapa babak, antara lain peristiwa Yesus bersama sejumlah murid di Taman Getsemani, Yesus dihadapkan kepada para imam agung, pengadilan Yesus dipimpin Pilatus.

Selain itu, ada jalan penyaliban Yesus hingga Bukit Golgota yang berlangsung di halaman gereja setempat, Maria yang dengan ketaatannya meratapi kematian Yesus, dan pemakaman Yesus yang ditandai umat melayat jenazah Yesus.

Ketua OMK Gereja Paroki Santo Ignatius Kota Magelang yang juga pengarah visualisasi jalan salib tersebut, Valentino Oktalibra, menjelaskan persiapan visualisasi jalan salib dengan tema "Karsa Dalem Kalampahana" itu dilakukan sejak sekitar 1,5 bulan lalu.

Pesan sentral yang hendak diteladani dalam visualisasi tersebut, menurut dia, menyangkut sosok Bunda Maria yang kuat dan taat kepada kehendak Allah.

"Ia melihat anak-Nya disalib, disiksa, tetapi tetap kuat, tidak memusuhi mereka, tidak memusuhi para tentara, tidak marah kepada Tuhan. Tetapi menerima kehendak Tuhan," ujarnya.

"Ini jalan salib dalam budaya Jawa, selain menumbuhkan kecintaan orang-orang muda terhadap budaya sendiri dan juga bisa dinikmati oleh para umat dan mereka yang usia tua," ia menambahkan.

Baca juga: Pemuda muslim amankan Jumat Agung di Larantuka

Pewarta: Maximianus Hari Atmoko
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018