Jakarta (ANTARA News) - Sudan, badak putih utara berkelamin jantan terakhir di dunia telah meninggal, menyisakan dua badak putih betina yang hidup di dunia, pejabat konservasi Kenya mengumumkan.

Menurut petugas berwenang, Sudan, yang dikenal sebagai "raksasa lembut" dan tinggal di Ol Pejeta Conservancy di Kenya, di-euthanisasi setelah kondisinya memburuk.

Sudan telah menjadi bagian dari upaya menyelamatkan subspesies dari kepunahan.

"Dia adalah duta besar untuk spesiesnya dan akan diingat untuk pekerjaan yang dia lakukan untuk meningkatkan kesadaran... tentang penderitaan yang dihadapi bukan hanya badak tetapi juga ribuan spesies lain yang menghadapi kepunahan sebagai hasil aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan," ujar CEO Ol Pejeta, Richard Vigne berkata, seperti dikutip dari Aljazeera.

Sudan menarik ribuan pengunjung dan terdaftar sebagai "Bujangan Paling Berkualitas di Dunia," pada aplikasi kencan Tinder dalam upaya penggalangan dana untuk membayar perawatan kesuburan sebesar 9 juta dolar AS.

Ol Pejeta mengatakan bahwa pihaknya telah mengumpulkan material genetik Sudan dan ini dapat digunakan dalam upaya untuk mereproduksi badak putih utara.

"Satu-satunya harapan untuk pelestarian sub-spesies ini sekarang terletak pada pengembangan teknik fertilisasi in vitro menggunakan telur dari dua betina yang tersisa, yang menyimpan air mani badak putih dari jantan dan pengganti perempuan badak putih selatan," kata Ol Pejeta dalam sebuah pernyataan.

Tanduk badak
Menurut kelompok konservasi, permintaan cula badak untuk pengobatan tradisional China di Asia dan bahan pembuatan belati di Yaman menyapu bersih populasi badak putih di Uganda, Republik Afrika Tengah, Sudan dan Chad.

Pada 2008, badak putih utara dianggap punah di alam liar.

Tanduk badak putih bisa mencapai nilai 50.000 dolar AS per kilo, membuatnya lebih berharga dari pada emas.

Sementara masih ada badak putih selatan di Afrika sub-Sahara, perburuan telah secara drastis memangkas jumlah badak kulit putih di utara, demikian dilansir dari Aljazeera.

Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018