Jakarta (ANTARA News) - Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia Septiaji Eko Nugroho mengatakan, dibutuhkan pendekatan dari para tokoh masyarakat dalam mengantisipasi penyebaran berita palsu (hoax) di masyarakat.

"Literasi digital tidak cukup, butuh pendekatan `top down` dari para tokoh," katanya dalam nobar film dokumenter "For Everyone" dan talkshow di Kementerian Komunikasi dan Informatika Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan, belajar dari pengalaman saat peristiwa konflik di Maluku pada awal 2000 lalu. Dalam peristiwa yang melibatkan konflik antar agama dengan ribuan korban tersebut, dapat diredam dengan pendekatan "top down" dari para pemuka agama.

Hal ini, menurut dia, bisa ditiru sebagai strategi dalam penanganan "hoax". "Ini bisa menjadi contoh bagi kita," katanya.

Salah satunya dengan membuat jaringan antar tokoh agama dan masyarakat sehingga setiap isu "hoax" yang beredar dapat diredam.

Ia menambahkan, "hoax" saat ini telah membuat banyak korban. Berita berbahaya seperti informasi kesehatan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan juga telah memakan korban.

Sementara itu, dalam acara nobar film tentang world wide web (www) tersebut juga dihadiri oleh CEO World Wide Web Adrian Lovett dan Plt Humas Kementetrian Komunikasi dan Informatika Noor Iza.

Noor Iza mengatakan, perkembangan penemuan www yang digunakan dalam internet telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.

Pewarta: M Arif Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017