Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengecam tindakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang secara sepihak menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan menilai tindakan Trump itu akan mengacaukan dan merusak perdamaian dunia.

"Sikap tersebut akan membuat situasi dunia menjadi semakin panas dan mengarah pada konflik yang tak berkesudahan," kata Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faishal Zaini membacakan pernyataan resmi organisasi itu di Jakarta, Kamis.

Selain Sekjen, turut menyampaikan sikap resmi PBNU itu Wakil Ketua Umum Profesor M Maksum Machfoedz dan dua ketua PBNU, yakni Robikin Emhas dan Aizuddin Abdurrahman.

"Yerusalem bukanlah ibu kota Israel, melainkan ibu kota Palestina yang telah kita akui kedaulatannya," kata Helmy Faishal.

PBNU mendorong pemerintah Indonesia untuk ikut serta dan proaktif dalam membantu problem yang terjadi di Palestina.

"Indonesia memiliki peran yang sangat strategis untuk menjadi penengah yang bisa memediasi dinamika politik yang sedang terjadi," kata Helmy.

Secara terpisah Ketua Umum Pagar Nusa Nahdlatul Ulama Nabil Haroen menilai kebijakan Trump membuat politik Timur Tengah dan juga dunia internasional menjadi terguncang.

Kebijakan itu, lanjut Nabil, juga merusak inisiasi damai yang dikembangkan Palestina-Israel yang juga didukung oleh banyak negara termasuk Indonesia.

"Jangan sampai kebijakan ini menjadi bumerang bagi politik internasional Amerika Serikat dan mendorong meningkatnya ketegangan," katanya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017