Jakarta (ANTARA News) - Badan Restorasi Gambut (BRG) optimistis mampu menyelesaikan target restorasi lahan gambut meskipun anggaran terpangkas lebih dari 50 persen dari Rp865 miliar menjadi Rp428 miliar di 2017.

"Pemotongan anggaran terjadi di semua K/L (Kementerian/Lembaga), termasuk BRG. Akhirnya kita rasionalisasikan mana intervensi yang menggunakan APBN, mana yang menggunakan dana hibah dari mitra seperti Norwegia, Amerika Serikat, Jepang dan seterusnya, dan juga mana yang sedang dikoordinasikan dengan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) dengan perusahaan," kata Kepala BRG Nazir Foead di Jakarta, Selasa.

BRG, menurut dia, dengan menghitung lagi luasan yang harus direstorasi oleh pihak konsesi, masih optimistis bahwa target Presiden Joko Widodo merestorasi 400.000 hektare (ha) lahan gambut di 2017 bisa tercapai. Termasuk juga sekitar 200.000 ha yang tersisa dari target 2016 yang belum rampung sebelumnya.

Selain itu, Nazir mengatakan pemenuhan target restorasi juga dapat dilakukan karena pihaknya mengubah cara intervensi tidak berdasarkan banyaknya sekat kanal, tetapi dengan cara seberapa banyak Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG) yang bisa terkena dampak restorasi.

"Ternyata dengan cara ini (target luasan restorasi) bisa tercapai," ujar dia.

BRG, menurut dia, juga belajar dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengintervensi KHG. Misalnya 1 KHG memiliki luasan 100.000 ha dihitung berapa kira-kira sekat kanal dan sumur bor yang diperlukan sehingga mampu membasahi lebih banyak area tersebut.

Jika sebelumnya komposisi anggaran restorasi gambut 50:50 antara dari APBN dan pemegang konsesi, karena rasionalisasi anggaran porsinya menjadi 240.000 ha pihak pemegang konsesi sedeangkan 160.000 ha dari APBN.

"Bahkan jika pembasahan yang dilakukan Kementerian PUPR berhasil bisa mengintervensi 600.000 ha lebih lahan gambut yang ingin direstorasi. Rencananya 700 sekat kanal akan dibangun Kementerian PUPR hanya untuk di Kalimantan Tengah, dan BRG dengan APBN dan dana donor akan membangun sekitar 1000 sekat kanal yang kebanyakan ada di daerah Pulang Pisau dan Sebangau," lanjutnya.

Selain mengubah cara perhitungan intervensi lahan gambut yang terdegradasi kebakaran di 2015 ini, BRG juga, menurut dia, mengurangi luasan atau mengundurkan jadwal penanaman kembali (replanting) ke 2018. Sebagai gantinya menambah revitalisasi dengan pemberdayaan masyarakat.

"Idealnya replanting memang menunggu efek pembasahan terlihat, kalau tidak akan mati. Sayang (kalau mati), karena biaya revegetasi juga tidak murah satu ha bisa lebih dari Rp20 juta, ini dengan bibit tanaman yang sudah agak besar supaya kuat," ujar Nazir.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017