Dua anak-anak, terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan, keduanya hidup."
Nairobi (ANTARA News) - Dua anak-anak diselamatkan nyawanya pada Selasa (13/6) setelah hampir 24 jam dalam reruntuhan gedung tujuh lantai di daerah permukiman Nairobi, Kenya, kata petugas penyelamat setempat.

"Kami menyelamatkan tiga korban. Dua anak-anak, terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan, keduanya hidup," kata Barsdley Nyangi, penyelamat dari satuan Manajemen Bencana Nasional Kenya, kepada Reuters.

Palang Merah Kenya mengatakan bahwa kedua anak-anak itu diselamatkan dari reruntuhan pada waktu terpisah. Seorang wanita juga ditemukan, namun tewas sebelum dapat dikeluarkan dari reruntuhan tersebut. Anak-anak tersebut kemudian dilarikan ke rumah sakit.

Gubernur Nairobi Evans Kidero di lokasi musibah mengatakan bahwa sekira 30.000 hingga 40.000 bangunan yang didirikan tanpa izin di ibu kota Kenya itu dalam keadaan berbahaya.

Warga mengatakan bahwa penghuni bangunan bagian dari lingkungan kelas bawah yang disebut Pipeline Estate di Nairobi selatan, dekat bandara internasional, pernah melihat retakan di dinding pada minggu sebelumnya.

Pemilik bangunan hanya menambal retakan tersebut menggunakan semen, setelah mendapat laporan keluhan warga penghuni.

Retak kembali muncul pada Senin pagi (12/6) mendorong para pejabat untuk memperingatkan penghuni meninggalkan gedung tersebut, dan setidak-tidaknya 128 penghuni langsung pergi sekaligus menyelamatkan mereka saat bangunan runtuh.

Regu penyelamat dikerahkan dari berbagai departemen pemerintah, melakukan proses pencarian melalui rerutuhan puing bangunan dengan tangan kosong, menarik tempat tidur rusak, kasur dan televisi, setelah satuan khusus dari militer memotong dinding dan lantai di atasnya.

Kerabat yang putus asa berdiri di dekatnya dan mengawasi. Di antara mereka termasuk David Kisia yang menyatakan mendapat telepon ketika bekerja pada Senin malam itu.

Istri dan tiga anaknya hingga Selasa siang masih dinyatakan hilang.

"Saya telah mengatakan kepada mereka bahwa keluarga saya berada di bangunan tersebut, tapi mereka bersikeras menyelesaikan satu sisi dulu," kata Kisia.

Kenya telah mengalami tragedi serupa di masa lalu, dan menelan korban 49 orang tewas tahun lalu, saat sebuah bangunan ambruk ketika hujan deras melanda.

Pemerintah Kenya memerintahkan pembongkaran bangunan lain, yang berbahaya, setelah kejadian itu.

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017