Shanghai (ANTARA News) - China memojokkan perusahaan-perusahaan asal Korea Selatan dengan berbagai cara, sebagai balasan atas kebijakan Seoul menginstalasi sistem pertahanan rudal dari Amerika Serikat.

Mereka mengkampanyekan boikot sampai meretas perusahaan Korea Selatan. Situasi ini mengisyaratkan strategi Beijing memukul balik rekan dagang yang dianggap merugikan kepentingan nasional China.

Nasib perusahaan-perusahaan Korea Selatan --yang beroperasi di sektor kosmetik, supermarket, otomotif, sampai pariwisata-- itu juga menunjukkan resiko potensial bagi korporasi asal Amerika Serikat, terutama di tengah sikap konfrontasional Presiden Donald Trump.

Media milik pemerintah sudah mulai mengkampanyekan boikot terhadap produk-produk asal Korea. Banyak beredar foto-foto di media sosial yang menunjukkan vandalisme terhadap mobil Hyundai.

Selain itu, sejumlah perusahaan jasa perjalanan wisata China juga membatalkan jadwal kunjungan ke Korea Selatan.

Lalu pada Kamis, Lotte Duty Free, anak perusahaan asal Korea Selatan, Lotte Group, mengaku telah menjadi target serangan peretas dari China.

Lotte juga mengatakan bahwa pencarian untuk beberapa produk yang dijual di JD.com tengah mengalami gangguan, meski tidak secara eksplisit menuding kerenggangan hubungan diplomatik China-Korea Selatan sebagai penyebabnya.

Beijing memang tengah gusar terhadap rencana bersama Amerika Serikat dengan Korea Selatan untuk menginstalasi sistem pertahanan rudal bernama Terminal High Altitude Area Defence (THAAD). Washington dan Seoul beralasan sistem itu akan berguna untuk menangkal serangan dari tetangga di utara.

Namun Beijing menuding radar jarak jauh THAAD bisa mencapai daratan China sehingga mengancam pertahanan negara tersebut.

"Apa yang terjadi pada perusahaan-perusahaan Korea saat ini adalah cerminan nasib korporasi Amerika Serikat pada tahun-tahun mendatang," kata Andrew Gilhom, analis dari lembaga konsultasi Control Risks.

"Tidak akan terjadi perang dagang yang dramatis sebagaimana diskenariokan oleh Trump. Yang lebih mungkin adalah munculnya peraturan-peraturan yang merugikan perusahaan Amerika Serikat," kata dia.

Situasi di China membuat saham-saham Korea anjlok, terutama menimpa raksasa kosmetik Amorepacific Corp, perakit mobil Hyundai, maskapai udara Jeju Air, Korean Air Lines, dan Asiana Airlines.

Beberapa perusahaan mengaku merasakan tekanan untuk memutus hubungan dengan Korea Selatan. China dikabarkan memerintahkan perusahaan jasa perjalanan untuk berhenti menjual paket wisata ke Korea.

Sementara itu boikot muncul dari perusahaan ritel Jimei.com yang mengaku tidak akan menjual produk dari Lotte.

"Beberapa perusahaan ritel menghapus penjualan untuk produk Lotte sepanjang akhir pekan lalu karena tekanan politik," kata seorang sumber dari industri ritel China yang meminta identitasnya untuk dirahasiakan.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017