Trenggalek (ANTARA News) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, melakukan sterilisasi kawasan sekitar ditemukannya wabah diduga virus antraks, hingga radius sembilan kilometer.

"Indikasi awalnya sudah mengarah ke antraks, dan kami sudah berlakukan sterilisasi dengan menetapkan zona merah, kuning dan hijau hingga radius sembilan kilometer," kata Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek Budi Satriawan di Trenggalek, Senin.

Sejak ditemukan kasus pertama kali pada Jumat (17/2), Budi mengatakan tim kesehatan hewan telah melakukan sterilisasi dengan menyemprotkan desinfektan di area zona merah hingga radius tiga kilometer, terutama di lokasi kandang sapi yang diidentifikasi terpapar antraks.

Petugas juga melakukan penyuntikan sejenis antibiotik terhadap sejumlah ternak yang berada di area yang sama untuk mengantisipasi penularan lebih lanjut, ujarnya.

"Targetnya minimal akan dilakukan sterilisasi hingga enam kali, khususnya di area zona merah dan kuning dengan rentang dua hari sekali," kata Budi.

Kepala Seksi Penyelidikan Penyakit Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Sumadi menjelaskan zonasi diberlakukan dengan radius masing-masing tiga kilometer (zona merah), enam kilometer (zona kuning) dan sembilan kilometer (zona hijau).

Saat ini pemantauan dan penyelidikan (surveilance) masih terus dilakukan di sekitar lokasi kandang ternak sapi milik Thoimin di Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu yang teridentifikasi kasus wabah diduga antraks tersebut.

Selain surveliance, saat ini tim dinas pertanian dan pangan juga tengah menghitung volume ternak sapi maupun kambing yang ada di wilayah Desa Ngepeh dan sekitarnya.

Diberitakan, Tim Kesehatan Hewan di bawah Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Trenggalek menemukan dugaan wabah antraks yang teridentifikasi di satu desa setempat dan telah menular pada manusia.

Ada dua ekor sapi yang dilaporkan mati mendadak dengan gejala antraks, Kejadiannya sekitar dua pekan lalu dan indikasinya sudah menular pada manusia.

Dugaan antraks muncul setelah petugas kesehatan hewan secara tidak sengaja mendapat laporan keluhan dari korban Thoimin, warga Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu karena menderita luka gores, namun tak kunjung sembuh dan bengkak menyerupai bisul.

Berdasar hasil pemeriksaan visual tim keswan, luka bengkak mirip bisul akibat luka sayat itu mirip penyakit antraks kulit.

Temuan kasus diduga antraks tersebut menurut Budi sudah dilaporkan ke Dinas Peternakan Provinsi Jatim, Balai Besar Veteriner di Wates Yogyakarta serta Kementerian Pertanian.

Selain kejadian dalam kurun sebulan dengan korban dua ekor sapi dan satu korban manusia, kata Budi, peristiwa diduga antraks juga pernah terjadi setahun sebelumnya dengan ciri-ciri sama dan juga menular pada manusia.

Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017