Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih mendorong lahirnya inovasi guna mengembangkan sektor pariwisata Indonesia yang memiliki banyak lokasi wisata yang menonjolkan keragaman dan keindahan nusantara.

"Dunia pariwisata susah untuk berkembang dikarenakan minimnya inovasi dalam pengembangan konsep kesejahteraan rakyat melalui pariwisata," kata Fikri Faqih dalam rilis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, ada daerah yang memiliki potensi wisata yang luar biasa, tetapi pemimpinnya belum memiliki konsep inovasi yang jelas.

Untuk itu, ujar dia, pembangunan ekonomi melalui sektor pariwisata perlu lebih ditingkatkan oleh pihak pemerintah daerah setempat.

Pemda, lanjutnya, perlu mengidentifikasi serta mengoptimalkan destinasi wisata sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakatnya.

Hal tersebut karena dengan tidak jelasnya konsep untuk membangun masyarakat, maka akan diikuti permasalahan lain.

Sumber daya alam yang melimpah dan kebudayaan yang kaya, lanjutnya, tidak akan berguna menjadi destinasi wisata yang menarik dan banyak dikunjungi ketika pemimpinnya tidak punya konsep.

Sebagaimana diwartakan, Anggota Komisi X DPR RI Yayuk Sri Rahayuningsih menyampaikan harapannya agar target kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 15 juta orang pada tahun 2017 dapat tercapai meskipun ada gerakan penghematan anggaran oleh pemerintah.

Usulan anggaran Kemenpar untuk tahun 2017 kan sebetulnya Rp8 triliun, tapi hanya disetujui Rp3,823 triliun. Dengan anggaran yang diturunkan sampai separuhnya, itu artinya berapapun anggaran, tidak berpengaruh pada target yang dicapai," kata Yayuk.

Politisi Partai Nasdem itu juga menyoroti masih adanya rekomendasi Panja Pemasaran dan Destinasi Pariwisata yang masih diabaikan terutama terkait efektivitas promosi.

Yayuk mengemukakan bahwa untuk mengukur efektivitas promosi, seharusnya indikasinya berdasarkan survei yaitu kepuasan masyarakat atau wisatawan terhadap pariwisata Indonesia.


Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016