Kupang (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Kupang mencatat, gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Flores Timur pada Rabu dinihari dirasakan di tujuh kabupaten di wilayah Nusa Tenggara Timur.

"Hasil analisis peta tingkat guncangan (shake map) BMKG menunjukkan, dampak gempa bumi di Flores Timur berupa guncangan dirasakan di tujuh kabupaten di wilayah NTT yakni Waingapu, Maumere, Ende, Alor, Sabu, dan Kupang," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Klas I Kupang Sumawan kepada ANTARA di Kupang, Rabu.

Pada Kamis (24/8) dini hari pukul 03.39.43 WIB, wilayah busur kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT) diguncang gempabumi tektonik.

Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempabumi terjadi dengan kekuatan M=6,1. Pusat gempa bumi terletak pada koordinat 7,46 LS dan 122,54 BT, tepatnya di Laut Flores pada jarak 105 km arah baratlaut Flores Timur, NTT pada kedalaman 537 km.

Guncangan itu kata dia, dirasakan pada skala intensitas II SIG BMKG (II-III MMI).

"Karena kejadiannya dini hari dan sebagian besar warga masih tertidur, maka hanya beberapa warga merasakan guncangan gempabumi dan hingga saat ini belum ada laporan kerusakan," katanya.

Dia menjelaskan, hasil monitoring BMKG menunjukkan hingga saat ini belum terjadi gempa bumi susulan.

Masyarakat NTT kata dia, dihimbau agar tetap tenang, meskipun gempa bumi ini termasuk klasifikasi gempa bumi kuat, tetapi patut disyukuri bahwa gempa bumi ini merupakan gempa bumi hiposenter dalam yang tidak berpotensi merusak dan tidak berpotensi tsunami.

"Aktivitas gempa bumi dalam memang tidak membahayakan, tetapi jika magnitudonya besar dapat menimbulkan guncangan dengan spektrum yang luas wilayahnya," katanya menjelaskan.

Dia menambahkan, gempa bumi dalam (deep focus earthquake) dengan hiposenter melebihi 300 km di Laut Flores merupakan fenomena menarik, karena sangat jarang terjadi.

Secara tektonik, wilayah NTT yang terletak di zona pertemuan lempeng memiliki keunikan tersendiri, karena di wilayah ini Lempeng Indonesia-Australia menyusup curam ke bawah Lempeng Eurasia hingga kedalaman 625 km.

Proses terjadinya gempa dalam masih banyak tanda tanya. Ada teori yang menjelaskan kaitannya dengan perubahan sifat kimiawi batuan pada suhu dan tekanan tertentu.

Namun demikian ada juga dugaan bahwa lempeng tektonik di kedalaman 410 km terjadi gaya slab pull (gaya tarik lempeng ke bawah) dan di sekitar kedalaman di atas 600 km terjadi gaya apung lempeng yang menahan ke atas (slab buoyancy).

Jika ditinjau kedalaman gempa bumi ini terletak di zona transisi mantel pada kedalaman 410 hingga 600 km, maka aktivitas seismik yang terjadi sangat mungkin dipengaruhi gaya slab pull akibat tarikan gravitasi Bumi, sehingga relevan jika mekanisme sumber gempa yang terjadi ini berupa oblique turun.

"Aktifnya gempa bumi dalam di Laut Flores menjadi petunjuk bagi kita semua bahwa proses subduksi lempeng dalam di NTT hingga kini ternyata masih berlangsung," katanya menjelaskan.

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016