Kami bersamamu Bato dalam perang melawan narkotika
Manila (ANTARA News) - Lebih dari 1.900 orang atau 36 orang per hari, terbunuh dalam kampanye anti-narkotika sejak Presiden Rodrigo Duterte naik berkuasa di Filipina tujuh pekan lalu, kata Direktur Jenderal Kepolisian Nasional Filipina (setingkat Kapolri di Indonesia) Ronald dela Rosa dalam dengar pendapat dengan Senat, hari ini.

Dela Rosa menegaskan tidak ada perintah membunuh para pengguna dan pecandu narkotika dan mengatakan sekitar 1.100 kematian tengah diselidiki polisi.

"Kami bukan jagal," kata dela Rosa seperti dikutip Reuters.

Sisa dari jumlah yang terbunuh itu tewas dalam operasi antinarkotika yang dilancarkan polisi, kata dela Rosa.

"Ini adalah dampak mengerikan. Kami semua prihatin dengan jumlah kematian sebesar itu, dari sudut apa pun ini memang mengkhawatirkan," kata Senator Frank Drilon setelah mendengarkan pemaparan dela Rosa.

Duterte, yang dijuluki "Si Penghukum", terpilih menjadi presiden karena berjanji untuk memerangi narkoba dan memperingatkan para perlaku perdagangan narkotika bahwa mereka berisiko kehilangan nyawa jika terus berlaku beroperasi.

Penyelidikan Senat atas kerja polisi Filipina melawan narkotika itu diprakrasai kritikus utama Presiden Duterte, Senator Leila de Lima, yang memanggil para pejabat polisi dan antinarkotika guna menjelaskan banyaknya orang yang mati akibat kampanye antinarkoba oleh polisi.

Duterte sendiri sudah memperingatkan DPR agar tidak mengintervensi kampanye antinarkotikanya dengan mengatakan mereka bisa terbunuh jika mereka menghalagi upaya polisi dalam menciptakan keamanan di negeri itu.

Menurut dela Rosa, hampir 700 ribu pengguna dan pecandu narkoba menyerahkan diri demi menghindari penggerebekan. Dia juga mengatakan ada penurunan drastis pada angka kejahatan, kendati angka pembunuhan meningkat.

Di luar gedung DPR, para pendukung mengelu-elukan dela Rosa atas kepemimpinannya dalam perang melawan narkotika dengan meneriakkan nama panggilannya, "Bato, Bato".

Mereka berseru, "Kami bersamamu Bato dalam perang melawan narkotika".

Dela Rosa mengakui bahwa jumlah orang tewas akibat perang melawan narkoba sebenarnya lebih besar dari 1.900 orang.

Dia juga mengatakan sekitar 750 yang mati itu tewas dalam operasi antinarkoba yang dilancarkan polisi. Sisanya tengah diselidiki polisi, kata dela Rosa.

"Tidak semua kematian yang tengah diselidiki itu berkaitan dengan narkotika," kata dela Rosa. 40 di antaranya karena berkaitan dengan perampokan.

Dela Rosa juga mengatakan sekitar 300 perwira polisi diduga terlibat dalam perdagangan narkotika. Dia mengancam polisi-polisi yang terlibat akan dipecat dan diadili jika terbukti bersalah.

Media massa Filipina sendiri mengungkapkan beberapa orang dari yang terbunuh itu adalah hasil kerja para polisi korup yang membunuh para penyalur narkoba demi menghilangkan jejak mereka dalam perdagangan narkotika, demikian Reuters.






Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016