Jakarta (ANTARA News) - Komisi IV DPR RI yang telah berkunjung ke Maluku Utara, Selasa (2/8) menyatakan dukungannya agar provinsi tersebut juga menjadi sebagai lumbung ikan nasional guna mengembangkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia.

"Maluku Utara sebagai daerah kepulauan yang memiliki potensi perikanan yang begitu kaya. Sangat mungkin bisa dijadikan sebagai lumbung ikan nasional," kata Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Djohan dalam rilis di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, ujar dia, harus ada dukungan dari masyarakat terlebih dahulu, karena potensi perikanan dan kelautan Maluku Utara dinilai sudah mendukung secara alamiah.

Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu juga mengatakan, perlu diperkuat sentra-sentra yang menjadi unggulan perikanan dan kelautan di seluruh Indonesia, sementara kesiapan infrastrukturnya harus pula didukung adanya program.

Dia menyadari bahwa permasalahan sangat minimnya infrastruktur antara lain karena terkait dengan kebijakan anggaran dalam APBN yang dinilai tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang ada di daerah.

Sementara itu, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nilanto Prabowo mengakui Provinsi Maluku Utara memiliki potensi perikanan cukup besar, mulai dari perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.

Menurut Nilanto Perbowo, dalam tiga tahun mendatang pemerintah akan membangun industri perikanan dan kelautan dengan menggandeng investor luar negeri.

Sejauh ini sudah banyak negara yang melakukan penawaran untuk meembangun industri, namun masih dikaji Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Sebagaimana diwartakan, sejumlah pasar negara maju di dunia yang menjadi negara sasaran ekspor produk perikanan Indonesia dinilai semakin selektif dan sangat mendorong diberlakukannya "tracebility" (ketertelusuran) dari komoditas perikanan.

"Di dunia internasional saat ini, negara-negara maju mengupayakan pasar yang lebih selektif, tujuannya jangan sampai orang berlomba-lomba menangkap ikan sampai ikan tidak tersedia lagi," kata Staf Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Masyarakat Suseno Sukoyono dalam diskusi di Jakarta, Jumat (22/7).

Menurut Suseno, mengapa ikan yang ditangkap saat ini bisa cepat habis antara lain karena kecepatan berkembang biak ikan dinilai kalah dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi penangkapan di kapal ikan.

Dia mengingatkan, komoditas kelautan dan perikanan juga semakin berkembang dengan cepat, seperti misalkan pada tahun 1950-an produksi ikan sebesar 14,3 juta metrik ton/tahun, maka pada 2007 jumlahnya sudah mencapai 120 juta metrik ton/tahun.

"Saat ini 200 juta orang bergantung langsung kepada produksi perikanan. Ikan termasuk komoditas yang paling banyak diperdagangkan, dengan nilai hingga sebesar 83 miliar dolar per tahun," tuturnya.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016