Jakarta (ANTARA News) - Untuk menciptakan kedaulatan pangan dan kedaulatan ekonomi bangsa Indonesia diperlukan sinergi dengan pelaku industri manufaktur.

Pernyataan tersebut disampaikan Staf Ahli Bidang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Kementerian Perindustrian Dharma Budhi sebelum membuka Pameran Agribisnis Agrinex Expo di Jakarta, Jumat.

"Manufaktur merupakan kegiatan yang kompleks yang dipengaruhi oleh berbagi faktor seperti tekanan pasar, kemampuan produksi dan sumber daya," kata Dharma melalui siaran pers.

Selain itu, lanjutnya, industri manufaktur juga dipengaruhi oleh munculnya tren globalisasi, global value chains, penyebaran teknologi digital dan perjanjian perdagangan.

Oleh karena itu, industri nasional perlu meningkatkan daya saingnya sehingga mampu menghadapi pasar bebas seperti pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang memiliki lebih dari 600 juta penduduk teritegrasi.

“Selain itu, Indonesia juga diperhitungkan sebagai ekonomi terbesar ke-16 di dunia, malah oleh Mc. Kinsey (perusahaan konsultan manajemen multinasional) diprediksi pada 2030 Indonesia akan menjadi negara yang termasuk dalam tujuh besar dunia dalam hal ekonomi," ujar Dharma.

Selanjutnya, data juga menunjukkan, struktur perekonomian Indonesia menurut lapangan usaha pada 2015, didominasi oleh tiga lapangan usaha utama, yakni industri pengolahan sebesar 20,84 persen; pertanian, kehutanan dan perikanan 13,52 persen; serta perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor 13,29 persen.

“Sedangkan, apabila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015, industri pengolahan memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,92 persen, diikuti konstruksi sebesar 0,64 persen, dan pertanian sebesar 0,53 persen,” pungkasnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016