Kupang (ANTARA News) - Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang Senin ditutup sementara menyusul tergelincirnya pesawat Embraer 195 Jet Kalstar, telah dibuka kembali pada pukul 22.20 WITA dan didarati pesawat Garuda serta Batik Air.

"Bandara sebelumnya ditutup sejak pukul 17.45 WITA untuk memberikan kesempatan kepada pihak bandara membersihkan landasan pacu," kata Airport Duty Manager Angkasa Pura Bandara El Tari Kupang Gabriel Lusi Keraf kepada Antara di Kpang, Senin malam.

Ia mengatakan setelah bandara dibuka pukul 22.20 WITA, pesawat Garuda Indonesia, dan kemudian Batik Air yang terbang dari Jakarta mendarat dengan mulus.

Dia menyebutkan, badan pesawat Kalstar yang keluar landasan sekitar 200 meter belum dievakuasi karena pihak bandara masih menunggu pemeriksaan oleh petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

"Soal mengapa sampai pesawat tersebut tergelincir nanti pihak KNKT yang menjawab sebab mereka yang akan menyelidiki," ujarnya.

Sebelum insiden ini, maskapai Penerbangan Garuda Indonesia (GIA) dan TransNusa, sebuah armada penerbangan domestik, batal mendarat di Bandara El Tari Kupang, akibat awan cumulonimbus yang menutup kawasan bandara sehingga menghadang jarak pandang pilot untuk melakukan manuver pendaratan.

"Kami sempat putar-putar di atas Kota Kupang dan sekitarnya selama sekitar 10 menit, sampai pilot mengambil keputusan untuk melakukan pendaratan di Bandara Aboesman Ende di Pulau Flores," kata Emerensiana Purnawati (41), salah seorang penumpang Garuda kepada Antara di Kupang, Senin.

Purnawati yang menumpang maskapai penerbangan Garuda dari Bandara Komodo Labua Bajo di ujung barat Pulau Flores menuju Kupang di ujung barat Pulau Timor ini, menyampaikan kabar tersebut beberapa saat setelah pilot Garuda mengambil keputusan untuk melakukan pendaratan di Ende.

Menurut Reny, demikian panggilan akrab Emerensiana Purnawati, cuaca buruk sudah terasa sejak keberangkatan mereka dari Labuan Bajo menuju Ende dan seterusnya ke Kupang.

"Kami semua cemas dan tegang karena tampak di kiri kanan pesawat hanya awan hitam disertai hujan. Kami merasa lega setelah pilot mengambil keputusan untuk melakukan pendaratan di Ende," ujarnya.

"Kami sempat turun dan menunggu selama 15 menit di ruang tunggu Bandara Aboerusman Ende, bersama para penumpang TransNusa yang terlebih dahulu batal mendarat di Bandara El Tari Kupang," katanya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan pengguna transportasi laut, darat, dan udara untuk mewaspadai gelombang tinggi di perairan laut setempat dan awan tebal yang menghambat jarak pandang, mulai Minggu hingga Senin (21/12).

"Peringatan dini pada tanggal 20-21 Desember 2015 bagi pengguna transportasi laut, darat, dan udara untuk mewaspadai potensi terjadinya angin kencang disertai petir di wilayah yang berpeluang hujan sedang hingga lebat," demikian BMKG Pusat melalui laman resminya.

Peringatan tersebut sesuai dengan kondisi cuaca berupa hujan sedang hingga lebat dalam tiga hari terakhir di sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Timur.

Untuk aktivitas kelautan dan udara, diimbau agar lebih berhati-hati terhadap gelombang laut yang tinggi serta arus laut yang cukup kuat serta awan tebal, terutama di wilayah yang berpeluang hujan sedang hingga lebat.

Sebelumnya pesawat TransNusa dari Bandara Frans Sales Lega Ruteng Kabupaten Manggarai tujuan Kupang pada Minggu pagi, gagal mendarat di bandara yang terletak di bagian barat Pulau Flores itu, karena kabut tebal yang menghambat jarak pandang pilot.

Pesawat ini terpaksa dialihkan untuk mendarat di Bandara Aboerusman Ende karena cuaca berupa awan cumulonimbus menghadang jarak pandang pilot untuk mendaratkan pesawat itu sehingga harus menunggu lagi atau lewat jalur darat menuju bandara yang aman didarati pesawat untuk melanjutkan perjalanan ke Kupang.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015