Jakarta (ANTARA News) - Di tengah meningkatnya perang kata-kata antara Washington dan Teheran terkait program nuklir Iran, Ketua Majelis Permusyarawatan Islam Iran, Dr. Gholam Ali Haddad Adel, akan memulai kunjungan empat harinya di Indonesia mulai Rabu (14/2). Atase Pers Kedubes Republik Islam Iran di Jakarta, Hamid Soltan Saleki, Selasa, mengatakan Dr.Gholam dan sebuah delegasi parlemen negaranya dijadwalkan tiba di Bandara Halim Perdanakusumah Jakarta, Rabu malam. Selama kunjungan itu, Dr. Gholam bertemu para pimpinan DPR, MPR, dan DPD, Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Hasyim Muzadi, dan sejumlah tokoh masyarakat Indonesia di sebuah hotel berbintang di Jakarta. Delegasi parlemen Iran ini juga bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelum shalat Jumat di Masjid Istiqlal Jakarta, katanya. Hamid mengatakan pada Jumat sore, Dr. Gholam juga mengadakan pertemuan dengan para pemimpin media massa Indonesia dan sebelum bertolak ke Tehran, pemimpin Parlemen Iran ini juga akan bertemu Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, MA. Dalam dua tahun terakhir, pertukaran kunjungan pejabat tinggi kedua negara terus berlangsung. Tahun lalu, Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad, mengunjungi Indonesia di tengah upaya AS dan sekutunya menekan Tehran agar menghentikan program nuklirnya. Hingga kini, perseteruan Washington dan Teheran terkait dengan program nuklir Iran itu terus berlangsung. Hari Senin (12/2), Presiden Ahmadinejad memperingatkan Gedung Putih bahwa jika AS berani menyerang negaranya, serangan itu akan mendapat pembalasan yang setimpal. Komentar tegas kepala negara Iran itu dikeluarkan setelah Washington menuduh Iran telah mendukung serangan-serangan terhadap para serdadu AS di Irak, dan menuding Iran terus mengembangkan apa yang disebut Gedung Putih sebagai program senjata nuklir. Juru bicara Gedung Putih, Tony Snow, seperti dikutip DPA, mengatakan pemerintahnya memiliki bukti-bukti fisik bahwa senjata Iran telah digunakan untuk melawan serdadu AS di Irak. "Kami memang belum siap untuk berperang dengan Iran. Tapi yang harus kami lakukan adalah melindungi warga negara kami sendiri," kata Snow. (*)

Copyright © ANTARA 2007