Deflasi yang terjadi di Surabaya adalah yang tertinggi dari 10 tahun terakhir ..."
Surabaya (ANTARA News) - Pasokan bahan makanan dan sayuran di Jawa Timur (Jatim) yang melimpah mengakibatkan wilayah setempat mengalami deflasi 0,19 persen, dan tercatat yang tertinggi di Surabaya mencapai 0,34 persen, demikian laporan Badan Pusat Statistik BPS Jatim.

"Kalau kita melihat deflasi yang terjadi di Jawa Timur diakibatkan stok yang melimpah, atau bisa juga stok biasa, namun permintaan menurun. Kenapa demikan? Karena, adanya gejolak ekonomi secara global," kata Kepala BPS Jatim, Sairi Hasbullah, di Surabaya, Senin.

Ia mengatakan, Surabaya menjadi yang tertinggi mengalami deflasi karena diprediksi memiliki pasokan bahan pokok dan sayuran melimpah daripada daerah lain di Jatim.

Sairi menyebutkan, berdasarkan indek harga konsumen (IHK) di delapan kota Jatim, empat kota mengalami deflasi masing-masing Surabaya (0,34%), Kabupaten Banyuwangi (0,25%), Kabupaten Jember (0,05%) dan terendah di Kota Kediri senilai 0,04 persen.

Ia mengemukakan, empat kota di Jatim yang masih mengalami inflasi adalah Kabupaten Sumenep (0,15%), Kota Madiun (0,10%), Kota Malang (0,03%), dan inflasi terendah di Kota Probolinggo senilai 0,02 persen.

"Deflasi yang terjadi di Surabaya adalah yang tertinggi dari 10 tahun terakhir, dan juga terbesar di antara ibu kota provinsi lainnya, seperti Semarang yang hanya mengalami deflasi 0,16 persen, Kota Bandung 0,06 persen dan Jakarta 0,05 persen," katanya.

Akibatnya,menurut Sairi, beberapa harga komoditi di Surabaya mengalami penurunan harga cukup drastis, seperti cabai rawit yang awalnya rata-rata mencapai Rp33.000 per kilogram, kini menjadi Rp16.000 per kilogram.

Selain cabai rawit, Sairi menjelaskan, beberapa komoditi penyumbang terbesar deflasi adalah telur ayam ras, daging ayam ras, cabai merah, emas perhiasan, apel, tarif listrik, melon, parfum dan pepaya.

Adapun komoditi yang masih menjadi penyumbang inflasi di Jatim, antara lain tomat, wortel, bawang merah, jeruk, kentang, bawang putih, pasir, biskuit, rokok kretek filter, dan biaya tukang atau mandor.

"Berbeda dengan bulan sebelumnya, yang secara nasional mengalami deflasi, namun Jatim mengalami inflasi sebesar 0,36 persen, dan yang mendongkrak adalah adanya kenaikan biaya pendidikan di Jawa Timur pada bulan Agustus 2015,"demikian Sairi Hasbullah.

Pewarta: Abdul Malik Ibrahim
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015