Bukares (ANTARA News) - Sekitar 10.000 orang melakukan protes di Rumania Sabtu, menuduh pemerintah membatasi suara dari para warga yang tinggal di luar negeri dalam pemilihan presiden.

Ribuan warga Rumania yang tinggal di luar negeri kabarnya tidak dapat memberikan suara dalam pemilihan presiden putaran pertama 2 November karena jumlah tempat pemungutan suara tidak cukup di negara-negara termasuk Prancis, Jerman dan Inggris.

Perdana Menteri Victor Ponta memperoleh 40 persen suara, sementara pesaingnya dari konservatif Klaus Iohannis memperoleh 30 persen suara.

Akan tetapi, Iohannis meraih 46 persen suara dari kalangan warga Rumania yang tinggal di luar negeri,sementara Ponta hanya meraih 18 persen.

Pemilihan putaran kedua akan diselenggarakan 16 November.

Hampir 7.000 orang berkumpul di Cluj, daerah barat laut negara itu sementara 1.500 orang melakukan protes di kota Timisoara, tempat pemberontakan anti-komunis yang menyebabkan jatuhnya diktator Nicolae Ceausescu dimulai tahun 1989.

Para pemrotes di Timisoara menyerukan Ponta mundur, sementara ratusan orang juga berdemonstrasi di Bukares, Oradea dan Consttanra.

"Kami turun ke jalan-jalan untuk melihat apa yang terjadi pada Minggu lalu agar tidak terulang pada 16 November," kata seorang pemrotes di Bukares, Alexandra Alexe.

Presiden Traian Basescu yang segera melepaskan jabatannya, Sabtu, menyerukan Menteri Luar Negeri Titus Corlatean mundur, sementara menteri itu berjanji memperbaiki peraturan untuk pemilu putaran kedua.

Pemungutan suara itu dianggap satu ujian penting bagi bekas negara komunis itu pada saat demokrasi mengalami kemunduran di sejumlah negara tetangga seperti Hongaria, dan sementara krisis Ukraina mengganggu hubungan-hubungan antara Uni Eropa dan Rusia.

Kendatipun demikian presiden mendatang akan menghadapi masalah-masalah mendesak termasuk resesi dan tata kelola yang buruk, demikian laporan AFP.

(Uu.H-RN)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014