Magelang (ANTARA News) - Penanganan dunia pendidikan formal, informal dan nonformal harus secara simultan untuk keberhasilan pembangunan karakter anak didik, kata pengamat pendidikan Universitas Tidar Magelang Profesor Sukarno.

"Tiga-tiganya harus ditangani secara simultan," kata Soekarno di Magelang belum lama iniu.

Ia mengatakan hal itu terkait dengan kebijakan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar Menengah Anies Baswedan yang belum lama ini dilantik oleh Presiden Joko Widodo.

Dia menjelaskan tentang pentingnya para pemangku dunia pendidikan memperhatikan secara lebih serius tentang pembangunan karakter anak didik pada saat ini.

Karut-marut perilaku bangsa saat ini, katanya, sebagai hal yang memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan penekanan secara serius.

"Untuk mengatasi masalah-masalah moral, itu mulainya harus dari pendidikan, baik formal, informal, nonformal. Pendidikan formal itu berjenjang dari Taman Kanak-Kanak dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sampai perguruan tinggi, nonformal itu lembaga-lembaga kursus, lembaga swadaya masyarakat, informal tidak kalah pentingnya pendidikan keluarga," kata Sukarno.

Pada kesempatan itu, ia juga mengemukakan persoalan utama dunia pendidikan yang masih saja dihadapi, yakni menyangkut mutu, akses atau pemerataan, dan relevansi atau efisiensi.

"Itu pekerjaan rumah sejak dulu sampai sekarang yang masih cukup berat," kata Sukarno yang juga Koordinator Forum Komunikasi Dewan Pendidikan Wilayah eks-Keresidenan Kedu (Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kebumen, Purworejo, Temanggung, dan Wonosobo).

Sukarno yang juga guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar Kota Magelang tersebut, mengemukakan tentang mutu pendidikan yang masih rendah.

"Dari segi mutu, walaupun banyak secara individual, kompetitor-kompetitor kita, wakil-wakil kita di tingkat internasional membanggakan, tetapi indeks pembangunan manusia kita masih memprihatinkan. Itu laporan terakhir kita urutan 108 dari 117 negara yang diteliti," katanya

Selain itu, katanya, dari segi akses, masih cukup banyak anak-anak tidak sekolah.

"Masih banyak anak kita yang tidak sekolah, data kadang-kadang memang menggembirakan, tetapi kalau fakta perlu kita cermati lagi, termasuk juga pengangguran-pengangguran yang terdidik itu, bukti salah satu relevansi efisiensi pendidikan kita," katanya

Ia mengharapkan kinerja kabinet yang baru, terutama terkait dengan pembangunan pendidikan, mampu memenuhi harapan pembangunan pendidikan yang semakin berkualitas, memenuhi kebutuhan pemerataan pendidikan, dan memiliki relevansi dengan kebutuhan untuk mengatasi masalah bangsa dan negara.

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014