Anak-anak muda zaman sekarang punya dunia yang lebih terbuka."
Jakarta (ANTARA News) – Banyak orang yang berpendapat bahwa hidup adalah pilihan. Namun, bagi Prof. Dr. David Koh justru banyak orang yang harus dibantu menjalani hidupnya lantaran mereka tak kuasa memilih.

“Jika kita berhadapan dengan orang yang memiliki keterbatasan dalam hidupnya, secara fisik maupun mental, maka pilihan hidup mereka sebetulnya memerlukan uluran tangan kita,” ujar Guru Besar Ilmu Kedokteran di National University of Singapore (NUS) itu kepada ANTARA News.

Pengajar kedokteran di sejumlah perguruan tinggi di Amerika Serikat (AS), Jepang, Taiwan, Hongkong, Thailand, dan Malaysia tersebut mengemukakan, faktor keterbatasan juga dapat terjadi di lingkungan kerja maupun kelompok masyarakat.

 “Dalam sejumlah riset, saya menemukan pula faktor keterbatasan pengetahuan di lingkungan kerja maupun kelompok masyarakat yang dampaknya bisa berakibat fatal,” ujar Koh.Kepala Kesehatan dan Pengobatan Lingkungan Kerja di Lembaga Rashidah Sa'adatul, Universitas Brunei Darussalam (UBD) itu mencontohkan, sejumlah pabrik beberapa negara Asia Tenggara masih menggunakan atap berbahan asbes tos yang berbahaya bagi kesehatan.

 “Sejumlah penelitian memperlihatkan terpaan asbes tos dalam jangka waktu lama dapat memicu kanker. Pakaian yang diterpa bahan ini juga berbahaya bagi keluarga pekerja karena dapat pula mengakibatkan gangguan kesehatan lainnya,” kata pria yang pernah menjadi relawan kesehatan kerja di Tangerang, Banten tersebut.

Oleh karena itu, David Koh mengemukakan, diperlukan jaringan kerja kemanusian yang memadai untuk menghadapi sejumlah keterbatasan manusia lainnya.

“Saya dalam hal ini bergabung dengan Singapore International Foundation (SIF) sejak 18 tahun lalu. Saya bisa melakukan sejumlah hal di bidang kesehatan lingkungan kerja melalui yayasan ini,” ujarnya Koh, yang mengaku berbulan madu di Danau Toba, Sumatera Utara, medio 1990-an.

Yayasan Internasional Singapura (SIF), yang pernah memberikan Anugerah Relawan Internasional untuk Prof. Dr David Koh, adalah lembaga pengabdian bangsa dan negara Singapura memberikan kontribusi bagi masyarakat dunia yang didirikan sejak 1 Agustus 1991.

Wakil Menteri Luar Negeri Singapura, Masagos Zulkifli, menilai SIF sebagai jembatan bagi bangsa dan negara Singapura mendedikasikan berbagai hal menyangkut kemanusiaan untuk masyarakat dunia.

“Sebagai bangsa dan negara yang bermartabat, Singapura tentu saja harus memberikan kontribusinya kepada masyarakat dunia. Dalam hal ini SIF kami arahkan untuk semua bidang kemanusiaan, terutama pendidikan, kesehatan, dan lingkungan hidup,” ujarnya.

Pria keturunan Palembang, Sumatera Selatan, tersebut mengemukakan pula bahwa SIF membawa sejumlah nilai penting dalam tatatan berbangsa dan bernegara di Singapura.

“Meritokrasi, semua orang memiliki peluang yang sama dan orang terbaiklah yang utama, adalah salah satu nilai penting. Kami kira semua bangsa dan negara akan menerapkan nilai ini sebagai wujud berkeadilan,” katanya.


SIF secara ex officio diketuai Presiden Singapura, yang sejak 21 November 2011 dijabat Dr. Tony Tan Keng Yam. Presiden Tony Tan melanjutkan jabatan S.R. Nathan yang menjadi Presiden Singapura periode Januari 2001 hingga Agustus 2011.


Dalam pidato sambutannya selaku Ketua SIF, Tony Tan mengemukakan, “SIF selama ini memiliki rekam jejak yang kuat bekerja membangun komunitas untuk meningkatkan taraf kehidupan manusia yang melibatkan relawan dari Singapura.”


Selain itu, Tan menekankan, “Dalam banyak hal, ini perlu dikembangkan lebih fokus untuk meningkatkan jaringan dan pemberdayaan bangsa Singapura dan para sahabatnya untuk hidup bersama secara lebih baik lagi.”


Sebagai Ketua SIF, Tan juga mengarisbawahi, “Harapan saya adalah semakin banyak bangsa Singapura menjadi lebih bertanggungjawab sebagai warga dunia.”


Adapun Direktur Ekskutif SIF, Jean Tan, menyatakan bahwa lembaganya juga memfokuskan pentingnya anak-anak muda di Singapura lebih peduli terhadap kehidupan sesama, baik di lingkungan tempat tinggal mereka maupun sebagai warga dunia.


“Anak-anak muda zaman sekarang punya dunia yang lebih terbuka. Mereka bisa berkomunikasi dengan siapa saja di belahan dunia melalui Internet, media jejaring sosial. Potensi mereka sangat besar, dan SIF melibatkan mereka dalam aksi nyata,” ujarnya.


Perempuan yang latar belakang karirnya di bidang diplomasi dan komunikasi itu mencontohkan, ada relawan muda mereka memiliki jaringan di India, Filipina, Indonesia, dan sejumlah negara lainnya.

“Dunia mereka adalah bertualang. Mereka mahir membentuk jaringan secara global. Mereka pun dapat bertanggungjawab bila diberi kepercayaan. Mereka ibarat Duta Besar Kebudayaan Singapura untuk mengajak semua orang menciptakan dunia yang lebih baik,” katanya menambahkan.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013