Lima berita politik pada Jumat (23/12) yang masih menarik untuk dibaca.
Jakarta (ANTARA) -
Lima berita politik pada Jumat (23/12) yang masih menarik untuk dibaca dan menjadi perhatian publik, mulai dari Presiden resmikan Bandungan Ciawi-Sukamahi hingga upaya pencegahan radikalisme.

 
 
Klik di sini untuk berita selengkapnya

 
 
1. Jokowi resmikan Bendungan Ciawi dan Sukamahi

 
 
Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Ciawi dan Sukamahi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sebagai pengendali banjir di Jakarta.

 
 
"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, Bendungan Ciawi di Kabupaten Bogor pada pagi hari ini saya nyatakan diresmikan," kata Jokowi dilanjutkan dengan pemutaran roda pintu air di kedua bendungan di Bogor, Jawa Barat, Jumat.

 
 
Selengkapnya di sini

 
 
2. Jokowi sebut harga barang terkendali jelang Natal dan Tahun Baru 2023

 
 
Presiden Joko Widodo mengatakan harga barang secara umum masih terkendali menjelang perayaan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 yang merupakan momentum konsumsi tinggi masyarakat.

 
 
Usai meninjau Pasar Cigombong, Bogor, Jawa Barat, Jumat, Jokowi mengakui memang terdapat sejumlah barang pangan yang mengalami kenaikan harga, namun banyak juga barang yang harganya turun.

 
 
"Saya kira masih semuanya terkendali," kata Presiden Jokowi dengan didampingi Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Bogor, Jawa Barat, Jumat.

 
 
Selengkapnya di sini

 
 
3. Mendagri: Inovasi jantung untuk perubahan

 
 
Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian mengingatkan tentang inovasi merupakan jantung dalam membuat perubahan di berbagai lini kehidupan.

 
 
"Inovasi adalah jantung untuk membuat perubahan, tidak ada komunitas, negara, bangsa, maupun masyarakat yang akan bisa melompat tanpa ada inovasi," kata Mendagri Tito Karnavian dalam Innovative Government Award (IGA) 2022 di Jakarta, Jumat.

 
 
Selengkapnya di sini

 
 
4. Abdul Mu'ti sebut radikalisme tidak selalu berakar agama

 
 
Sekretaris Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan bahwa radikalisme-terorisme muncul tidak selalu berakar agama, tetapi bisa juga berlandaskan ideologis dan politik lain.

 
 
“Upaya mengaitkan agama dengan terorisme itu harus mulai dikoreksi. Hanya dalam konteks Indonesia ditengarai seakan ada skenario karena pada aksi-aksi tertentu, pasca aksi selalu ditemukan dokumen yang berkaitan dengan teologis, yang kemudian mengalihkan perhatian masyarakat dari isu penting lainnya,” kata Abdul Mu’ti dalam seri Webinar Nasional yang digelar Moya Institute bertema “Radikalisme: Adakah Akarnya di Indonesia?” dipantau dari Jakarta, Jumat.

 
 
Selengkapnya di sini

 
 
5. Rektor UIII sebut politik cenderung menjadi penyebab radikalisme

 
 
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Prof Komarudin Hidayat mengatakan bahwa semakin banyak ilmuwan, peneliti, dan sejarawan yang mulai menyadari penyebab utama radikalisme-terorisme lebih ke politik, ekonomi, hukum, dan sosial budaya.

 
 
“Banyak yang mulai menyadari bahwa penyebab utama aksi radikalisme-terorisme lebih kepada politik, ekonomi, hukum, dan sosial-budaya,” kata Prof Komarudin dalam seri Webinar Nasional yang digelar Moya Institute bertema “Radikalisme: Adakah Akarnya di Indonesia?”, dipantau dari Jakarta, Jumat.

 
 
Selengkapnya di sini

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022