Jakarta (ANTARA) - Pegiat pendidikan yang juga Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar, Hikmat Hardono mengatakan kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah hendaknya bukan solusi tunggal yang diterapkan di seluruh Tanah Air.

“Tantangan pendidikan di Tanah Air sebagian besar sama, yakni ketidakadilan dan ketidaksetaraan. Akan tetapi, hendaknya dalam menentukan solusi yang digunakan harus berhati-hati, jangan terjebak dengan menyusun solusi tunggal,” ujar Hikmat di sela konferensi pendidikan Timur Indonesia di Jakarta, Ahad.

Dia menambahkan masing-masing daerah memiliki tantangan yang juga berbeda, mulai dari sosiologi maupun geografis. Pendidikan di Timur Indonesia maupun di Barat Indonesia harus sama-sama diperjuangkan.

Baca juga: Para penggerak pendidikan berbagi praktik baik melalui konferensi

“Untuk itu, kita di sini melakukan konferensi. Fokus konferensi ini menggali pengalaman penggerak di akar rumput. Kita menghindari membuat kesimpulan cepat-cepat, karena nanti dikhawatirkan ada ketidakadilan,” ucapnya.

Dia memberi contoh adanya foto terkait sekolah rusak ataupun anak yang lagi belajar di sebelah sekolah yang rusak. Dulu kebijakan yang dilakukan adalah mengirimkan bahan bangunan maupun mengirimkan materi pembelajaran maupun komputer.

“Tapi, dalam pengalaman kami, hal itu bukan satu-satunya solusi. Bisa saja kita kirim alat bagus, tetapi tidak dipakai. Nah, yang dibutuhkan di sini adalah guru yang berkualitas,” terang dia.

Selain itu, dia meminta agar pemangku kepentingan tidak cepat-cepat memberi hukuman pada guru yang kesulitan mengajar di daerah 3T. Menurut dia, perlu adanya pertimbangan kemanusiaan, karena guru tersebut juga mengalami kerumitan sendiri.

“Untuk itu, solusi yang diberikan harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Jangan ada lagi solusi tunggal untuk semua,” kata Hikmat.

Baca juga: MPR: Penyusunan RUU Sisdiknas menyeluruh untuk pendidikan lebih baik

Baca juga: MPR: Perlu terobosan untuk eliminasi kekerasan di dunia pendidikan


Pelaksanaan “Konferensi: Pendidikan di Timur Indonesia” diselenggarakan di Jakarta pada 24 hingga 25 September 2022. Konferensi itu diikuti berbagai pihak, mulai dari pegiat pendidikan, akademisi, pemerintah daerah, peneliti, dan lainnya. Konferensi itu juga menghadirkan berbagai ruang diskusi, mulai ruang kebijakan, ruang budaya dan pendidikan, ruang dampak berkelanjutan, ruang inisiatif, dan ruang interaksi.

Dalam konferensi itu, sejumlah pegiat pendidikan dari Indonesia bagian timur memberikan pengalamannya terkait praktik baik pembelajaran, baik di sekolah formal maupun sekolah nonformal.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022