Semarang (ANTARA News) - Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, mengukuhkan tiga guru besar dari dua fakultas berbeda sehingga menambah deretan guru besar yang dimiliki perguruan tinggi negeri tersebut.

"Kami berharap ketiga guru besar baru ini semakin memperkuat bidang keilmuan di Undip," kata Rektor Undip Prof Sudharto P. Hadi usai pengukuhan ketiga guru besar itu di Semarang, Sabtu.

Ketiga guru besar itu yakni Prof Suripin dari Jurusan Teknik Sipil, Prof Abdullah dari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, dan Prof Abdul Rohman dari Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Undip.

Prof Suripin yang menyampaikan pidato pengukuhan tentang "Adaptasi Pengelolaan Sumber Daya Air Terhadap Pemanasan Global" yang menekankan pentingnya air dan karenanya harus dikelola secara efektif.

Ia menjelaskan, jumlah air di bumi relatif tetap dari masa ke masa, namun kebutuhan air makin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, diperparah dengan eksploitasi manusia atas sumber daya alam.

Akibatnya, kata dia, terjadi berbagai bencana, misalnya yang berkaitan dengan sumber daya air, seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, sedimentasi sungai, pendangkalan waduk, dan penurunan muka tanah.

Dampak pemanasan global, kata guru besar kedua di Jurusan Teknik Sipil Undip itu, tentunya sangat dirasakan Indonesia sebagai negara kepulauan sehingga harus diantisipasi dengan mengadaptasi pengelolaan sumber daya air.

Ia mencontohkan, pengelolaan air hujan dengan cara menampung dan "memanennya" jika membutuhkan termasuk salah satu bentuk adaptasi pengelolaan sumber daya air yang bermanfaat mencegah risiko bencana.

"Masyarakat bisa menampung air hujan dengan berbagai cara, setelah itu tinggal `memanennya` untuk keperluan sehari-hari. Saya yakin kualitas air hujan lebih baik dibanding air sungai," kata Suripin.

Prof Abdullah yang mengangkat pidato pengukuhan tentang "Rekayasa Bioproses untuk Produksi Asam Laktat dari Limbah Nanas", menjelaskan bahwa nanas adalah komoditas yang unggul dan diminati secara luas.

"Produksi nanas setiap tahun selalu meningkat, termasuk di Indonesia. Beberapa perusahaan pengolahan nanas di Indonesia juga berskala besar, dan tentunya turut menyumbang limbah dalam jumlah besar," katanya.

Limbah dari industri pengolahan nanas, kata guru besar ke sembilan di Fakultas Teknik dan keempat di Jurusan Teknik Kimia Undip itu, berupa kulit nanas, atau jonggol kurang lebih 135 ribu ton/tahun.

"Kalau limbah nanas itu dibiarkan akan memunculkan problem lingkungan, kesehatan, dan sosial. Namun, perkembangan bioteknologi mampu mengolah limbah itu menjadi produk bermanfaat, yakni asam laktat," kata Abdullah.

Sementara itu, Prof Abdul Rohman dari Fakultas Ekonomi mengangkat pidato pengukuhan bertema "Penguatan Sistem Pengawasan Keuangan Daerah Dalam Mewujudkan `Good Government Governance`".

"`Good governance` membutuhkan penguatan sistem akuntansi dan sistem pengendalian yang memadai. Ini memang tantangan bagi pemerintah daerah dan pusat," kata guru besar ke-12 FE Undip tersebut.
(KR-ZLS)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011