Sumur tujuh ini akan kami kembangkan menjadi kawasan wisata sejarah
Koba, Babel, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, membenahi kawasan cagar budaya Sumur Tujuh, menjadi kawasan wisata menarik dan aman bagi pengunjung.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Bangka Tengah, Zainal di Koba, Rabu mengatakan Sumur Tujuh merupakan sumur bekas peninggalan zaman Jepang pada 1943.

"Itu sumur posisinya berjejer, dulu difungsikan sebagai tempat memproduksi garam terbesar di Pulau Bangka," katanya.

Zainal mengatakan, tahun ini sumur tersebut dibenahi sehingga layak menjadi kawasan cagar budaya yang aman dan menarik untuk dikunjungi.

"Sumur itu akan kita lengkapi dengan pengamanan, sehingga tidak membahayakan bagi pengunjung," katanya.

Ia mengatakan tujuh unit sumur itu letaknya berjejer dengan ukuran sekitar satu meter persegi di pesisir pantai Tanjung yang sekarang dikenal dengan Pantai Sumur Tujuh.

Baca juga: Bupati Bangka optimis sektor pariwisata kembali pulih

Baca juga: Pemprov Babel dorong penerapan manajemen pariwisata dalam kelola DTW


Belum ada ada catatan sejarah terkait keberadaan sumur tujuh tersebut, namun menurut cerita sumur itu dibangun pada zaman Jepang pada 1943.

"Sumur tujuh ini akan kami kembangkan menjadi kawasan wisata sejarah yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke daerah ini," katanya.

Sementara itu, Syahrial, seorang tokoh masyarakat Bangka Tengah mengatakan menurut sejarah sumur tujuh itu dibangun pada masa penjajahan Jepang.

"Sumur itu dibangun bukan zaman kolonial Belanda, tetapi pada masa penjajahan Jepang pada 1943," ujarnya.

Ia mengatakan, sumur itu dibangun untuk menyuling air laut yang kemudian diolah pada masa itu menjadi air garam.

"Kalau tidak salah ada satu pipa besar yang terhubung langsung ke laut, fungsinya untuk mengalirkan air laut ke sumur sebagai bahan baku garam," ujarnya.

Baca juga: Bukit Layang, desa terpencil calon penghasil pundi uang

Baca juga: Jika tempat penambangan diubah jadi tempat wisata

Pewarta: Ahmadi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022