Saya mengucapkan turut berduka cita dan semoga mereka diberikan kesabaran menghadapi musibah.
Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menyampaikan rasa prihatin dengan bencana alam letusan Gunung Semeru di Jawa Timur.

Wapres menyampaikan keprihatinannya tersebut di sela kunjungan kerjanya di Bali, Minggu.

"Pertama, kami tentu menyampaikan sangat prihatin dengan peristiwa ini dan ikut merasakan penderitaan yang dialami masyarakat yang terkena daripada meletusnya Gunung Semeru ini, dan juga adanya korban," kata Wapres.

Wapres juga menyampaikan duka cita kepada masyarakat yang anggota keluarganya menjadi korban dalam letusan tersebut.

"Kepada keluarga, saya mengucapkan turut berduka cita dan semoga mereka diberikan kesabaran menghadapi musibah," katanya lagi.

Wapres mengimbau kepada seluruh masyarakat di sekitar Gunung Semeru untuk meningkatkan kewaspadaan, dan melakukan mitigasi bencana sejak dini terhadap berbagai bencana alam.

"Kepada masyarakat supaya waspada, supaya bisa menghindari sedini mungkin korban, dan juga pada para petugas supaya mengantisipasi untuk meminimalkan setiap bencana," katanya pula.

Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, meletus dengan mengeluarkan lava dan suara gemuruh sejak Jumat (3/12).

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Budi Lelono mengatakan erupsi tersebut berkaitan dengan curah hujan tinggi di sekitar puncak gunung, sehingga menyebabkan runtuhnya bibir lava dan memicu erupsi.

"Kelihatannya memang ada kaitan dengan curah hujan tinggi, sehingga menyebabkan runtuhnya bibir lava itu, sehingga memicu adanya erupsi atau guguran awan panas," ujar Eko.

Erupsi Gunung Semeru tersebut, menurut Eko, bisa disebabkan oleh faktor eksternal yaitu curah hujan tinggi.

Hal itu dinilai berdasarkan catatan kegempaan yang relatif rendah dan aktiviasi suplai magma dan material sejak November, dan mulai 1-3 Desember tidak mengalami perubahan signifikan.
Baca juga: Wapres harap sistem kesehatan RI jadi lebih tangguh
 

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021