Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Vaksin COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi mengatakan tubuh memiliki sel memori yang tetap bisa menciptakan kembali antibodi terhadap virus COVID-19 meskipun efikasi vaksin mulai menurun setelah enam bulan pascapenyuntikan.

Nadia menjelaskan dalam diskusi daring mengenai vaksinasi yang dipantau di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa sel memori di dalam tubuh akan membentuk kembali antibodi untuk menghalau virus Sars CoV 2 apabila terdeteksi menginfeksi tubuh.

"Walaupun terjadinya penurunan efikasi, memori kita masih ada yang kemudian nanti pas ada virus masuk ke tubuh kita, sel memori akan membentuk lagi antibodi. Dengan adanya sistem-sistem yang siap sedia untuk menghadapi berbagai serangan virus, maka virus akan cepat dinetralisir," jelas Nadia.

Hal ini, lanjut Nadia, menjawab anggapan yang mengatakan percuma divaksinasi karena efikasi vaksin tersebut akan menurun setelah enam bulan. Dia menegaskan bahwa orang yang sudah divaksin, walaupun antibodi terhadap COVID-19 menurun setelah enam bulan, masih lebih baik dan terproteksi dibandingkan dengan orang yang tidak divaksin sama sekali.

Baca juga: Kemenkes: Tidak usah khawatir mutasi virus bisa kurangi efikasi vaksin
Baca juga: Satgas anjurkan sikap yang tepat hadapi penurunan efikasi vaksin

Nadia menekankan bahwa manfaat vaksin jauh lebih besar dibandingkan efek samping yang didapat pascaimunisasi. Selain itu, manfaat dari vaksin bukan hanya untuk melindungi diri sendiri tapi juga akan berdampak lebih besar apabila dilakukan secara bersama-sama yang dapat menciptakan kekebalan kelompok untuk menghentikan penularan virus di masyarakat.

Nadia juga menegaskan kembali bahwa vaksin COVID-19 yang ada sekarang ini dipastikan aman karena telah diteliti secara ilmiah dan sudah melewati serangkaian pengujian, baik pengujian pada hewan hingga uji klinis bertahap pada manusia.

"Semua vaksin yang dikembangkan sudah melalui rangkaian penelitian dan terbukti aman dan efektif dalam menghalau virus," katanya.

Setidaknya saat ini, menurut Nadia, sudah ada 11 jenis vaksin di Indonesia yang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat. Vaksin itu sebagian digunakan oleh program pemerintah secara nasional, program Vaksin Gotong Royong oleh perusahaan, dan sebagian lainnya sudah mendapatkan izin untuk bisa digunakan sebagai salah satu alternatif untuk skema vaksinasi secara mandiri.

"Jadi peran vaksin adalah dengan divaksinasi COVID-19 maka kekebalan individu terbangun. Kalau semua individu semakin banyak muncul kekebalannya, maka akan muncul kekebalan kelompok dan pada akhirnya permasalahan pandemi yang disebabkan oleh virus COVID-19 menghilang," katanya.

Baca juga: Epidemiolog: Varian Mu bisa menurunkan efikasi vaksin COVID-19
 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021