Istanbul (ANTARA News) - Pembicaraan antara negara kuat dunia dan Iran berakhir pada Sabtu tanpa kemajuan dan ketua kelegasi pihak Barat Catherine Ashton mengatakan tidak ada rencana lagi tentang hal itu.

"Kami telah berharap untuk memulai diskusi tentang langkah yang akan di ambil kedepan dan telah mengerahkan segala upaya untuk membuat hal itu berhasil, dengan kecewa saya harus katakan hal itu tidaklah mungkin," kata Ashton kepada wartawan.

Ia berbicara pada akhir pembicaraan dua hari antara Iran dan sekelompok negara kuat dunia yang beranggotakan Inggris, China, Prancis, Rusia, Amerika Serikat dan Jerman di Istanbul.

"Tidak ada rencana tentang pembicaraan lanjutan," katanya dikutip AFP.

Dalam kesempatan itu Iran dipimpin oleh kepala negosiasi nuklir Saeed Jalili, yang menggelar konferensi pers terpisah.

Ashton mengatakan syarat Iran terkait pengayaan uranium dan sanksi telah menghambat kemajuan, namun ia menegaskan bahwa negara kuat dunia itu tetap mengedepankan solusi diplomatik terhadap kekhawatiran tentang kecurigaan bahwa Teheran tengah mengembangkan bom atom secara rahasia.

Kelompok P5+1, nama lain dari negara-negara kuat dunia yang terlibat dalam pembicaraan itu, telah mencoba menegosiasikan sebuah revisi dari tawaran pertukaran bahan bakar nuklir, yang pertama kali dibicarakan pada 2009, dan langkah yang memperbaiki transparansi melalui langkah pengawasan oleh badan pengawas Perserikatan Bangsa Bangsa.

"Pintu masih terbuka, pilihan tetap ada di tangan Iran, proposal kami tetap berada di meja perundingan dan ... kami siap untuk memulai pembicaraan tanpa syarat ketika Iran telah siap untuk itu," katanya.

Iran memulai serangkaian babak sulit dalam negosiasi ketika pembicaraan dimulai pada Jumat, dengan bersikeras bahwa program pengayaan uranium mereka tidak dimasukkan dalam agenda debat.

Beberapa sumber Barat yang paham tentang pembicaran tersebut mengatakan bahwa pihak Iran bersikeras terhadap sebuah pengakuan terhadap hak mereka untuk melakukan pengayaan uranium dan pencabutan sanksi internasional sebagai syarat untuk dimulainya pembicaraan tentang pertukaran bahan bakar.

Pihak Barat meyakini bahwa langkah pertukaran tersebut dapat meredakan kecurigaan bahwa aktifitas energi nuklir Teheran bertujuan militer.

Di bawah draft asli, Iran akan menerima bahan bakar untuk sebuah reaktor penelitian medis di Teheran dari Prancis dan Rusia dengan imbalan Iran harus mengirimkan contoh uranium hasil pengayaan tingkat rendah mereka.

Setelah serangkaian kebuntuan, Brazil dan Turki menegosiasikan tawaran baru dengan Iran pada Mei tahun lalu.

Namun AS menolak kesepakatan itu dengan alasan bahwa mereka telah gagal menghitung uranium hasil pengayaan Iran pada saat itu dan memimpin Dewan Keamanan PBB untuk memberlakukan paket sanksi tahap empat kepada Iran.

Seorang pejabat Barat memuji persatuan yang kuat dari negara P5+1 di Istanbul yang dianggapnya tidak goyah terhadap gertakan Iran itu.

Pertemuan itu merupakan pembicaraan babak kedua antara Iran dan negara kuat dunia setelah pembicaraan yang dimulai kembali pada bulan lalu di Jenewa, mengakhiri 14 bulan masa hiatus dalam upaya diplomatik untuk mengakhiri sengketa terkait program nuklir Iran itu.

(SYS/KR-PPT/H-AK)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011