Hampir 90 persen bahan industri sudah ada di Indonesia, bahkan dibuat di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyebutkan bahwa 90 persen bahan Vaksin Nusantara sudah tersedia di dalam negeri.

"Hampir 90 persen bahan industri sudah ada di Indonesia, bahkan dibuat di Indonesia," ujar Terawan dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu.

Namun, ia mengaku terdapat beberapa bahan Vaksin Nusantara yang masih harus diimpor dari Amerika Serikat, seperti larutan antigen protein dan media diferensiasi.

Baca juga: DPR dukung uji klinis Tahap III Vaksin Nusantara

"Beberapa dibuat di AS seperti larutan antigen dan media diferensial, kita memang belum sampai Research and Development (R&D) untuk membuat itu," ucapnya.

Kendati demikian, ia optimistis Indonesia dapat membuat sendiri dua bahan itu suatu saat nanti.

"Bisa kita lakukan di sini, namun karena paten sudah dimiliki AS kita harus kerja sama, termasuk media diferensiasinya," katanya.

Baca juga: Ahli: Lanjutkan Vaksin Nusantara dengan publikasi penelitian ilmah

Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa uji klinis fase kedua Vaksin Nusantara hampir selesai dilakukan.

"Saya bersyukur boleh berkontribusi dalam membantu pemerintah mengatasi pandemi COVID-19 di bidang kesehatan," katanya.

Ia mengemukakan bahwa dari hasil uji klinis fase I oleh tim peneliti Universitas Diponegoro dan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa imunitas Vaksin Nusantara masih awet pada bulan ketiga setelah penyuntikan.

Baca juga: Pemkot Semarang sanggup vaksinasi 5.000 orang per hari

Terawan bersama timnya mengaku akan terus berupaya untuk mewujudkan Vaksin Nusantara. "Kami berharap bisa digunakan," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Terawan pun memperagakan pembuatan Vaksin Nusantara di depan Anggota dan Pimpinan Komisi VII DPR. Pada rapat itu Terawan membawa beberapa perangkat Vaksin Nusantara.

Baca juga: Satgas: 1 juta vaksinasi tercapai jika pasokan vaksin tiba tepat waktu

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021