Atau hanya tekanan yang menyebabkan pikiran
Tanjungpinang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau menyatakan tim medis perlu melakukan uji klinis terhadap pasien COVID-19 kesulitan tidur (insomnia).

Kepala Dinkes Bintan Gama AF Isnaeni, di Bintan, Kamis, mengatakan sejumlah pasien COVID-19 di daerah tersebut yang mengalami kesulitan tidur merupakan kasus baru, yang ditemukan baru-baru ini. Namun pemerintah maupun tim medis belum dapat menyimpulkan kasus itu sebelum dilakukan penelitian oleh para ahli.

Dokter ahli syarat, contohnya harus memastikan apakah COVID-19 mengganggu syaraf pasien. Kemudian, psikiater juga dibutuhkan untuk memeriksa pasien, apakah ada permasalahan nonmedis, yang menyebabkan pasien sulit tidur.

"Kami belum dapat pastikan apakah ada hubungan antara COVID-19 dengan gangguan tidur pada pasien. Apakah ini masuk dalam kategori organik, ada hubungan antara COVID-19 dengan pasien, atau hanya tekanan yang menyebabkan pikiran yang berlebihan," katanya.

Camat Bintan Utara, Firman Setyawan kesulitan tidur (insomnia) setelah terinfeksi COVID-19. Sejumlah orang yang tertular COVID-19 di Bintan pun, mengalami kesulitan tidur.

"Saya mulai mengalami insomnia setelah lima hari terinfeksi COVID-19. Kemudian setelah sembuh pun saya masih sulit tidur," kata Firman, di Bintan, Kamis.

Baca juga: Usai terinfeksi COVID-19, camat di Bintan-Kepri alami insomnia

Baca juga: Sulit tidur karena gelisah, ini tipsnya


Firman terinfeksi COVID-19 setelah menuntaskan penerimaan vaksin. Ia mengalami gejala berupa batuk dengan intensitas tinggi, yang menyebabkan nyeri pada bagian dadanya.

Batuk disertai nyeri pada bagian dada tersebut terjadi selama dua hari. Setelah lima hari terinfeksi COVID-19, jadwal tidurnya mulai berubah.

Firman menyatakan baru bisa tidur pada pukul 05.00 WIB, setiap hari. Padahal matanya mengantuk sejak malam hari.

"Saat saya terinfeksi COVID-19, mungkin banyak pikiran karena ada tugas-tugas yang belum dilaksanakan, seperti pelaksanaan MTQ. Tetapi kemudian saya tidak ada beban pikiran apa-apa, tetapi masih juga sulit tidur," ucapnya.

Firman mengemukakan jadwal tidurnya sekarang mulai sedikit ada perubahan. Sejak beberapa hari lalu, ia sudah bisa terlelap tidur mulai pukul 03.00 WIB.

Ia sendiri tidak mengetahui apakah ada hubungan antara COVID-19 dengan insomnia. "Saya sudah tanyakan ke dokter. Jawabannya karena dipengaruhi pikiran. Padahal tidak ada hal berat yang menyebabkan saya sulit tidur," katanya.

Baca juga: Mahasiswa UMM temukan solusi atasi insomnia dengan buah kiwi

Baca juga: Manfaat jus buah ara, obati insomnia hingga cegah Alzheimer

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021