Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh Farid Nyak Umar mengatakan, pendidikan mitigasi bencana penting dilakukan untuk meminimalisasi banyaknya korban jiwa jika terjadi musibah bencana.

"Jika kita siap dalam menghadapi bencana, maka kita bisa meminimalisasi korban jiwa jika sewaktu-waktu terjadi bencana," kata Farid Nyak Umar, di Banda Aceh, Minggu.

Menurut Farid, mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

“Pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan semua stakeholder harus bersama-sama untuk melakukan mitigasi bencana,” ujarnya.

Farid menyampaikan, bencana tidak bisa diprediksi kapan dan di mana akan terjadi. Tetapi semua harus siap menghadapi terhadap bencana apa yang akan terjadi.

"Oleh karena itu, mitigasi bencana sangat diperlukan, baik itu menyangkut pengetahuan masyarakat terhadap bencana ataupun peran yang bisa dilakukan saat terjadi bencana," katanya.

Baca juga: Ulama gelar doa bersama untuk korban gempa bumi dan tsunami Aceh

Berdasarkan data peneliti dari Tsunami Disaster Mitigation Research Center (TDRMC) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), salah satu kota yang rawan terjadinya gempa adalah Banda Aceh. Hal itu karena kota ini diapit dua patahan Sumatera yang masih aktif, yaitu segmen Aceh dan segmen Seulimuem.

“Kita harus belajar dari peristiwa tsunami 26 Desember 2004 yang lalu, salah satunya kesiapan untuk melakukan mitigasi bencana. Ini sangat penting karena kita berada di wilayah yang rawan bencana, baik gempa, tsunami, longsor dan banjir.” ujar politikus PKS itu.

Farid menuturkan, saat gempa dan tsunami Aceh secara keseluruhan 14 negara terkena dampak dengan jumlah korban mencapai ratusan ribu jiwa. Bencana gempa dan tsunami tersebut membuat masyarakat Aceh lebih tegar dalam menghadapi segala bencana.

Kata Farid, peristiwa gempa dan tsunami Aceh menjadi momentum untuk mensejahterakan rakyat Aceh, harus bisa membangun daerah ke arah yang lebih baik, sejahtera, adil dan makmur.

“Membangun Aceh tidak bisa sendiri-sendiri, tapi harus dilakukan secara bersama-sama, terarah dan terukur. Bersama kita lebih kuat, bersama kita bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat Aceh,” demikian kata Farid.

Baca juga: Ulama NU Aceh haramkan gim daring Higgs Domino Island
Baca juga: Renungan 16 tahun tsunami di tengah bencana COVID-19
Baca juga: Jadikan 16 tahun tsunami kekuatan hadapi bencana

 

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020