ketertinggalan pendidikan anak-anak Papua berkontribusi pada kegagalan pembangunan
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong peningkatan layanan pendidikan berkualitas bagi anak-anak Papua karena pendidikan merupakan modal penting untuk mewujudkan pelaksanaan pembangunan yang progresif di tanah Papua.

"Ketika kita bicara pendidikan kami merasa bahwa ketertinggalan pendidikan bagi anak-anak Papua itu sangat berkontribusi pada kegagalan pembangunan," kata peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Anggi Afriansyah dalam acara peluncuran virtual "Buku-Buku Tantangan dan Solusi Tanah Papua dari Sisi Kependudukan", Jakarta, Kamis.

Dalam acara peluncuran itu, Anggi memberikan pemaparan mengenai salah satu dari tiga buku yang diluncurkan LIPI, yang berjudul Pendidikan Sebagai Jalan Terang: Membangun Pendidikan yang Responsif terhadap Kondisi Geografis, Demografi, Sosial, dan Budaya Orang Asli Papua.

Dua buku lain adalah Orang Asli Papua: Kondisi Sosial Demografi dan Perubahannya; dan Kesehatan Ibu dan Anak Orang Asli Papua: Antara Ketersediaan Layanan dan Tantangan Sosial Budaya.

Dengan dapat mengakses pendidikan yang berkualitas, maka kualitas dan kapasitas sumber daya manusia Papua akan semakin meningkat sehingga pembangunan di wilayah itu semakin maju.

"Kami berusaha bagaimana kemudian pendidikan hadir sebagai jalan terang yang bisa membuat anak-anak papua ini memperoleh haknya karena memang pendidikan sebagai fundamental yang harus diterima," ujar Anggi.

Baca juga: LIPI luncurkan tiga buku hasil studi sosial demografi Papua

Baca juga: Pembangunan Papua perlu perhatikan perspektif masyarakat adat


Memang ada banyak pembangunan secara fisik dan infrastruktur dilakukan seperti perbaikan terhadap gedung-gedung sekolah, namun sayangnya tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas, salah satunya kehadiran guru yang masih sangat terbatas.

"Ketika kami datang ke sana juga itu sangat nampak kelas yang kosong karena tidak ada gurunya atau guru-guru yang belum bisa hadir karena baru tahun ajaran baru bahkan bisa sampai satu atau tiga bulan tidak hadir, bisa dibayangkan bagaimana fundamental dasar misalnya seperti kemampuan literasi membaca menulis berhitung itu menjadi persoalan yang sangat mendasar, ujar Anggi.

 Lebih lanjut dikatakannya kondisi itu bisa berefek panjang sampai ke level yang selanjutnya dan kalau di jangka panjangnya bagaimana terkait dengan proses pembangunan yang ada di Papua.

Anggi menuturkan ada banyak persoalan pendidikan di Papua diantaranya persoalan yang paling mendasar terkait ketidakhadiran guru, kualitas layanan pendidikan, aspek budaya, regulasi, anggaran, dan program pembinaan.

Ketidakhadiran guru tersebut dinilai sebagai persoalan yang menahun yang terjadi di Papua hingga saat ini.

Kualitas layanan pendidikan di Papua juga sangat berbeda dengan wilayah-wilayah lain yang ada di Indonesia.

Anggi mengatakan program pembinaan kualitas pendidikan ternyata belum berhasil memperbaiki pendidikan baik secara statistik ataupun kualitas.

Dari beberapa tahun atau usai diberlakukan otonomi khusus, pendidikan tetap tidak optimal untuk diberikan.

Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur pendidikan harus dibarengi dengan peningkatan kualitas pendidikan dan rancangan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan mewakili aspirasi orang Asli Papua.

Baca juga: LIPI: Pentingnya dialog untuk selesaikan masalah Papua

Baca juga: Soal Papua, peneliti sebut ada persoalan mendasar belum terselesaikan

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020