Gresik, Jatim (ANTARA) - Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, perusahaanya siap mendukung upaya pemerintah dalam peningkatan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani, dengan menyediakan pupuk berkualitas, hal ini sebagai upaya menyongsong "Indonesia Emas" tahun 2045.

Dwi, dalam keterangan persnya di Gresik, Rabu, mengaku prihatin dengan sederet masalah pertanian, namun hal ini menjadi tantangan bersama yang harus segera dipikirkan solusinya, khususnya peningkatan kebutuhan pangan, sebab di sisi lain lahan pertanian terus menyusut dan anak muda juga tidak tertarik lagi terjun di sektor ini.

Ia menjelaskan, tahun 2045 kebutuhan pangan di Tanah Air mencapai 35,3 juta ton, atau meningkat 5,44 juta ton (18,2 persen) dibandingkan tahun 2019 sebesar 29,86 juta ton. Ini terjadi karena akan muncul ledakan penduduk dari 269 juta jiwa tahun 2019 menjadi 318 juta jiwa, berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

"Artinya, jika produktivitas pertanian saat ini rerata 5,1 ton setiap hektare (ha) maka dibutuhkan tambahan lahan sekitar 1 juta hektare guna memastikan kebutuhan pangan di era "Indonesia Emas" nanti aman. Faktanya, terjadi tren penurunan luas lahan baku di Indonesia karena alih fungsi," tandas Dwi Satriyo.

Tahun 2016 lahan baku sawah tidak kurang dari 8,19 juta ha, namun di tahun 2017 turun menjadi 7,75 juta ha, dan pada tahun 2018 berkurang cukup drastis menjadi 7,1 juta ha. Baru terlihat penambahan luas lahan baku sawah di tahun 2019 menjadi 7,4 juta ha.

Baca juga: Petrokimia Gresik hemat Rp35,6 miliar lewat konvensi inovasi

Besarnya alih fungsi lahan sejak tahun 2016 tidak lepas dari kondisi perekonomian petani di tanah air. Dimana BPS menyebutkan di tahun 2014, rumah tangga miskin berdasarkan sumber penghasilan utama rumah tangga di Indonesia, sebanyak 53,58 persen berasal dari sektor pertanian.

"Kita harus peduli terhadap kondisi ini. Kita menyebut petani sebagai pahlawan pangan, tetapi jika melihat upah harian buruh tani nasional hanya bisa untuk sekadar hidup," kata Dwi.

Di sisi lain, bantuan permodalan untuk petani bangkit masih terbilang minim. Hal ini dapat dilihat dari bantuan permodalan yang diberikan perbankan, sebab berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), bantuan permodalan untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di sektor pertanian hanya Rp7,69 triliun (12 persen), terpaut jauh jika dibandingkan dengan sektor non-pertanian yang mencapai Rp55,39 triliun.

"Pertanian yang menjadi landasan ketahanan negara hanya mendapatkan porsi yang kecil," ujarnya.

Selain itu, saat ini semakin sulit regenerasi petani, karena anak petani lebih memilih bekerja di sektor lain, dan jika melihat demografi petani saat ini, petani dengan usia 55 tahun atau lebih jumlahnya terbilang besar, berkisar 35,9 persen, sedangkan petani muda atau berusia 34 tahun ke bawah hanya 11 persen, dan dominasi petani di Tanah Air saat ini antara usia 35 sampai 54 tahun sebanyak 52,4 persen.

Dwi menegaskan untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan upaya dari semua pihak untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan mendongkrak produktivitas pertanian.

Baca juga: Mentan sebut akan ada alokasi tambahan pupuk bersubsidi

Untuk itu, Petrokimia Gresik mendorong penyediaan pupuk berkualitas, karena menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian, dimana 77 persen kenaikan produksi pertanian saat ini diperoleh dari kegiatan intensifikasi dengan aplikasi pupuk berkualitas. Ini juga menjadi solusi bagi sulitnya penambahan lahan baku pertanian.

"Masih ada peluang yang bisa kita kejar melalui pengaplikasian pupuk berkualitas guna meningkatkan rerata produktivitas pertanian," tuturnya.

Petrokimia Gresik, kata dia, akan terus berkomitmen mendukung pertanian berkelanjutan dengan menyediakan pupuk organik, baik Petroganik maupun Phonska Oca. Dengan pertanian berkelanjutan, produktivitas pertanian dapat dijaga hingga jangka panjang.
 

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020