Tanjungpinang (ANTARA) - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Kota Tanjungpinang Oksep Adhayanto merasa kesal karena terpaksa karantina mandiri akibat kontak dengan Gubernur Kepulauan Riau Isdianto yang positif COVID-19.

"Kekesalan ini disebabkan oleh hal yang seharusnya tidak perlu terjadi, yang pada akhirnya menyebabkan saya dan lebih dari seribu orang harus menjalani karantina akibat mengikuti kegiatan Gubernur Kepri," ujar Oksep yang dihubungi Antara di Tanjungpinang, Rabu.

Oksep dan belasan pejabat UMRAH mengikuti Rektor UMRAH Tanjungpinang Agung Dhamar Syakti rapat bersama Gubernur Kepri Isdianto di Gedung Daerah pada Rabu (29/7) atau dua hari setelah Isdianto dilantik sebagai gubernur di Istana Negara.

Padahal berdasarkan data hasil tes usap (swab) dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Batam, Isdianto diusap (swab) pada Selasa (28/7). Seharusnya, kata dia, Isdianto menjalani karantina seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19.

Baca juga: Gubernur Kepri positif COVID-19, 4 kepala daerah karantina mandiri

Baca juga: Gubernur Kepri Isdianto minta maaf terkait penularan COVID-19


Namun kenyataannya, berbeda. Sehari setelah dilantik sebagai Gubernur, Pemprov Kepri justru menggelar sejumlah acara seremonial, mulai dari penyambutan Isdianto di Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, tepung tawar di Gedung Daerah Tanjungpinang, dan Shalat Magrib di Masjid Raya Sultan Riau.

Rangkaian kegiatan lainnya seperti peninjau alat PCR di RSAL, pertemuan dengan pengurus desa, dan pertemuan dengan pejabat UMRAH.

Rangkaian kegiatan itu diperkirakan melibatkan lebih dari seribu orang sehingga banyak orang yang kontak erat dengan Isdianto. Orang-orang tersebut pun memeriksakan dirinya di posko yang dibangun di RSUP Kepri.

Gubernur Isdianto baru melakukan karantina mandiri setelah tahu dirinya positif COVID-19, sementara lebih dari seribu orang mengikuti kegiatannya.

"Rektor, termasuk saya dan belasan pejabat dan staf UMRAH diusap di RSUP Kepri. Kemudian karantina mandiri," katanya.

Permasalahan ini, menurut dia tidak sederhana sehingga seharusnya menjadi pembelajaran bagi pemerintah daerah dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kepri yang dipimpin oleh Isdianto. "Seharusnya, mereka menjadi contoh dalam memutus rantai penularan, bukan malah sebaliknya, yang menyebabkan banyak orang dikarantina dan menunggu hasil swab selama berhari-hari," ujarnya.

Selama berhari-hari menunggu hasil usap, kata dia, tidak banyak yang dapat dilakukan kecuali menenangkan diri, dan berdoa. Pekerja di kampus pun menjadi terhambat akibat kondisi ini.

Oksep merasa sampai hari ini dalam kondisi sehat. Ia menanti hasil usap yang diambil pada Sabtu pekan lalu.

"Bagaimana dengan nasib orang-orang atau yang memiliki penyakit penyerta yang mengikuti kegiatan tersebut. Ini kondisi yang sulit dibayangkan," ucapnya.

Oksep juga mengatakan akibat kelalaian yang dilakukan Gubernur Kepri Isdianto dan jajarannya tersebut, pelayanan di kantor pemerintahan juga menjadi terhambat setelah diberlakukan kerja dari rumah.

Dari 15 orang pasien COVID-19 di Tanjungpinang yang masuk dalam kluster kegiatan seremonial Gubernur Kepri tersebut, rata-rata ASN dan honorer beserta istrinya.

"Dampak psikologisnya sangat besar. Saya sangat mendukung jika ada korban yang melakukan class action dari persoalan ini," katanya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kepri Tjetjep Yudiana mengatakan Gubernur Isdianto diambil swab setelah Pu, ajudannya mengalami gejala COVID-19.

"Pu diketahui positif COVID-19, kemudian hasil usap Gubernur juga sama," katanya.*

Baca juga: GTC-19 Kepri: Ajudan Gubernur tertular COVID-19 di Jakarta

Baca juga: Ratusan orang kontak dengan Gubernur Kepri tes swab

Pewarta: Nikolas Panama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020