mari kita jadikan setiap hari waktu untuk alam
Jakarta (ANTARA) - Bertepatan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia ASEAN Center for Biodiversity (ACB) menyerukan perubahan transformatif dan pemanfaatan keanekaragaman hayati berkelanjutan untuk kehidupan normal better di masa pandemi COVID-19.

Executive Director ASEAN Center for Biodiversity Theresa Mundita S Lim dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan pelajaran yang dapat dikumpulkan dari pandemi global adalah pentingnya keanekaragaman hayati dalam kesehatan masyarakat, mata pencaharian, dan keamanan pangan.

"Di Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini, ASEAN Center for Biodiversity, bersama dengan seluruh dunia, memberi penghormatan untuk lingkungan dan mengakui upaya tak kenal lelah dari mereka yang ada di garis depan dan pembela alam dan keanekaragaman hayati, para petani," kata Lim.

Untuk mengatasi kelaparan dan kekurangan makanan menjadi semakin menantang di tengah krisis kesehatan, yang mengingatkan bahwa manusia sangat bergantung pada alam dan keanekaragaman hayati untuk dua hal yang paling penting dalam bertahan hidup, yakni kesehatan dan makanan.

Dengan tema Time for Nature, Hari Lingkungan Hidup Sedunia menyoroti sangat mendesaknya konservasi keanekaragaman hayati dan membangun komunitas yang tangguh sebagai bagian dari normal baru yang lebih baik, ujar dia.

Baca juga: Mentan paparkan skema penanggulangan krisis pangan akibat COVID-19
Baca juga: Pastikan keamanan pangan saat pandemi, BPOM lakukan sejumlah upaya


Menurut dia, memprioritaskan agrobiodiversity sebagai subkomponen keanekaragaman hayati untuk agrikultur dan produksi pangan menjadi semakin penting, terutama di kawasan ASEAN, di mana sektor pertanian termasuk yang paling produktif di dunia. Setidaknya tujuh anggota ASEAN ada di antara 20 produsen beras dunia, dengan beras dan produksi agrikulturnya berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Meski demikian, ia mengakui agrobiodiversity berkurang cepat, sebagian besar dipicu dari perubahan penggunaan lahan dan air, degradasi dan kehilangan hutan serta ekosistem akuatik, dan transisi ke produksi intensif jenis-jenis spesies yang lebih sedikit.

"Itu menjadi risiko di mana pertumbuhan penduduk diperkirakan akan mencapai lebih dari 700 juta dalam 50 tahun ke depan, mendatangkan tantangan lebih besar untuk menyeimbangkan ketahanan pangan dan berkurangnya sumber daya alam," katanya.

Laporan Platform Kebijakan Ilmu Antarpemerintahan tentang Layanan Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (IPBES) yang menggarisbawahi kebutuhan untuk mendukung pertimbangan lingkungan untuk aktivitas-aktivitas keberlanjutan dan positif terhadap alam dengan selaras dengan konsensus umum bahwa praktik agrobiodiversity petani kecil dapat memperlambat dan bahkan membalikkan penurunan keanekaragaman hayati.

Lim mengatakan di antara kegiatan positif untuk alam tersebut seperti praktik diversitas bertani atau berkebun dengan menggunakan multispesies tanaman dan hewan, sehingga memunculkan praktik yang meningkatkan keanekaragaman ekologi dan genetik. Selain itu penggunaan metode pertanian seperti rotasi tanaman, tumpang sari dan menanam beragam varietas tanaman dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kinerja tanaman serta mengatasi hama serta penyakit tanaman lain.

Menurut dia, mengintegrasikan komponen pertanian dan mengembangkan berbagai tanaman pangan dan hewan memberikan penghasilan tambahan bagi para petani atau pembudidaya, dan membantu dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Baca juga: KLHK dorong produksi tingkat tapak, tingkatkan ketahanan saat pandemi
Baca juga: Menteri Edhy dorong produksi KP penuhi kebutuhan pangan saat COVID-19
Baca juga: Pegiat dorong masyarakat kembangkan kebun vertikal selama COVID-19


Untuk daerah pedesaan, kebun-kebun di halaman belakang rumah adalah sumber makanan bergizi dan beragam, serta tanaman obat untuk penyakit umum. Sedangkan kebun-kebun komunal juga dapat berfungsi sebagai bank benih masyarakat yang melindungi berbagai varietas tanaman lokal dan tradisional, ujar dia.

Metode agroekologi yang dipraktikkan banyak komunitas lokal memerlukan dukungan melalui kebijakan dan program yang memungkinkan dalam konservasi dan peningkatan tanaman. Selain itu, Lim mengatakan sistem pertanian asli adalah repositori yang kaya akan pengetahuan dan praktik pertanian berkelanjutan.

Ia juga mengatakan mengintegrasikan keanekaragaman hayati di kota-kota dan daerah pinggiran kota juga penting. Pada awal pandemi, penduduk kota telah menyadari nilai berkebun perkotaan untuk memastikan sumber makanan segar dan sehat yang dapat diandalkan, terjangkau dan nyaman.

Sementara itu, ruang hijau perkotaan seperti kebun raya dan taman marga satwa, meningkatkan kualitas udara, menawarkan tempat berlindung di hutan beton, dan berfungsi sebagai penghalang alami dalam menghadapi bencana.

"Alam menawarkan solusi terbaik untuk tantangan yang kita hadapi selama masa yang tidak pasti ini. Biarkan Hari Lingkungan Dunia tahun ini memacu kita untuk menyediakan waktu bagi alam melalui tindakan transformatif dan pengarusutamaan keanekaragaman hayati di pertanian dan di sektor pembangunan lainnya. Mari kita jadikan setiap hari waktu untuk alam," kata Lim.

Baca juga: Pakar: Perlu antisipasi krisis pangan di tengah pandemi COVID-19
Baca juga: WFP: Hampir 8 juta warga Suriah tidak aman pangan dan rentan COVID-19
Baca juga: Dosen Pertanian : hidroponik bisa obati stres selama COVID-19


Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020