Aplikasi besutan Barantan ini berisikan data lalu lintas real time produk pertanian yang diekspor
Purwokerto (ANTARA) - Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian Ali Jamil mendorong pemanfaatan aplikasi Indonesia Maps of Agricultural Commodities Export (i-MACE) yang dapat digunakan oleh seluruh pemangku kepentingan agribisnis sebagai alat bantu untuk pengambilan keputusan.

"Aplikasi besutan Barantan ini berisikan data lalu lintas real time produk pertanian yang diekspor," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.

Jamil mengatakan hal itu terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan Karantina Pertanian Cilacap terhadap 25 gram biji gendot atau genjer yang akan dikirim oleh seorang pelaku agribisnis yang juga petani milenial asal Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Menurut dia, aplikasi i-MACE bagi pemegang kebijakan informasi dapat digunakan untuk memetakan pembangunan pertanian berbasis kawasan berorientasi ekspor.

Sementara bagi petani, peternak, dan pekebun dapat memilih jenis budi daya guna mendapatkan nilai tambah, sedangkan bagi para eksportir dapat menjadi alat bantu analisis untuk peningkatan ragam komoditas dan negara tujuan.

"Tidak hanya itu, bagi pelaku industri lainnya, harapannya ini (aplikasi i-MACE) dapat dijadikan acuan daerah sentra untuk membangun pabrikasi bagi hilirisasi produk pertanian. Silakan datang ke kantor layanan kami di Tanah Air, kita sinergikan semua elemen untuk menyukseskan Gratieks (Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo)," kata Jamil.

Seperti diwartakan, Karantina Pertanian Cilacap pada tanggal 18 Mei 2020 melakukan pemeriksaan terhadap 250 gram biji gendot atau genjer yang akan dikirimkan oleh seorang pembudidaya asal Kabupaten Cikacap, Jawa Tengah, ke Kabupaten Kampar, Riau.

Kepala Karantina Pertanian Cilacap Puji Hartono pemeriksaan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa biji gendot tersebut bebas dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

"Biji gendot ini meskipun masuk dalam kategori komoditas yang tidak memerlukan tindakan karantina, namun Mas Rizal (pembudidaya) ini tetap patuh untuk lapor karantina," katanya.

Menurut dia, Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Cilacap mencatat frekuensi pengiriman benih gendot tersebut menunjukan tren meningkat.

Ia mengatakan pada tahun 2019, Rizal baru dapat mengirimkan 2 kali benihnya dengan tujuan Sumatera, namun selama Januari hingga pertengahan Mei 2020 sudah 40 kali dengan tujuan Sumatera, Kalimantan, dan Nusa Temggara Timur.

Dia juga mengapresiasi Rizal yang telah patuh dengan melaporkan produk pertanian kepada Karantina Cilacap.

"Mas Rizal telah turut membantu menjaga kelestarian sumber daya alam hayati kita. Potensi tersebarnya hama penyakit tidak saja pada tumbuhan namun hewan juga sangat besar saat dilalulintaskan," katanya.

Sementara itu, Rizal mengatakan usahanya yang ditekuni sejak tahun 2018 itu berawal dari keinginan untuk menjadikan gendot sebagai sayuran yang dikenal masyarakat.

Dia pun mulai tertarik untuk membudidayakannya dengan mengambil biji gendot yang sudah tua untuk dikeringkan.

Ia tidak menduga jika benih gendot yang diproduksinya berhasil tumbuh subur dan hingga kini benihnya sudah dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia.

Baca juga: Karantina Pertanian catat penindakan produk ilegal meningkat
Baca juga: Barantan optimalkan layanan "jemput bola" tingkatkan ekspor
Baca juga: Barantan lepas ekspor senilai Rp2,2 miliar dari Bandara Soetta

 

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020