Jakarta (ANTARA) - Hanya sedikit perusahaan-perusahaan multi nasional di dunia yang sudah berproduksi lagi, tapi di China yang telah melewati masa kritis pandemi COVID-19, sebagian besar bisnisnya mulai berjalan normal.

Raksasa teknologi China Huawei misalnya, mengatakan telah memulihkan lebih dari 90 persen kapasitas produksinya. Bahkan, perusahaan telah melakukan sinkronisasi 6G.

Dalam wawancara dengan South China Morning Post, CEO Huawei Ren Zhengfei mengatakan Huawei telah memulai kembali lebih dari 90 persen dari produksi normal, termasuk penelitian dan pengembangan.

Baca juga: Daftar ponsel yang meluncur selama pandemi COVID-19

Baca juga: Huawei bangun BTS 5G di ketinggian 6.500 meter Everest


Huawei memiliki lebih dari 20.000 ilmuwan, pakar, dan insinyur yang bekerja lembur.

Ren Zhengfei mengatakan bahwa ia harus mengikuti waktu, dan bekerja keras untuk kelangsungan produksi sebelum Amerika Serikat dapat meningkatkan sanksi terhadap Huawei.

Ada kesulitan dalam memasok bahan di seluruh negara dan perusahaan.

Baca juga: Hadirkan laptop premium, Huawei akui ubah strategi

Baca juga: Huawei komitmen perkuat Strategi Nasional AI


Seluruh rantai industri berdampak pada Huawei. Tapi itu tidak terlalu besar. Itu masih bisa menjamin pasokan, kata Zhengfei kepada media China itu, dikutip Selasa.

Ren Zhengfei mengatakan bahwa Huawei telah mengembangkan 6G, disinkronkan dengan 5G. Namun 6G belum menembus teori dan aspek lainnya.

Pada kuartal pertama 2020 Huawei menghasilkan pendapatan 182,2 miliar yuan, naik 1,4 persen year-on-year, dengan margin laba 7,3 persen.

Baca juga: Huawei akan luncurkan Watch GT2e di Indonesia

Baca juga: Chip 5G Huawei otaki SUV listrik BAIC ARCFOX a-T

Baca juga: Huawei: tidak ada kenaikan harga produk di Indonesia

Penerjemah: Suryanto
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020