Jakarta (ANTARA) - Setiap perempuan memiliki pola menstruasi yang berbeda-beda, sehingga penting untuk dikenali agar peka jika suatu saat terjadi perubahan, menurut ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah, Kanadi Sumapraja.

Pola itu salah satunya mencakup siklus atau perkiraan masa menstrusasi. Para perempuan biasanya mengalami haid setiap 21 hari sekali atau paling lama 35 hari sekali.

“Rata-rata 28 hari,” ujar Kanadi di Jakarta, Kamis.

Selain itu, perhatikan lamanya haid yang biasanya berlangusng 3, 5 hingga 7 hari atau normalnya rata-rata seminggu. Jika melewati waktu tersebut sebaiknya periksakan diri ke dokter karena bisa jadi pertanda ada masalah di tubuh.

“Perhatikan juga derasnya darah per harinya. Orang yang biasanya haid 5 hari lalu ganti pembalut tiga kali sehari lalu tiba-tiba 10 kali ganti. Bisa jadi ada apa-apa,” tutur Kanadi.

Baca juga: Waspadai endometriosis, penyakit yang umumnya diderita perempuan kota

Baca juga: Suka konsumsi obat pereda nyeri saat haid? Ini kata dokter


Pola darah menstruasi ditentukan dua hal, salah satunya faktor yang bertanggung jawab pada produksi darah menstruasi dan mekanisme penghentian pendarahan misalnya pembekuan darah.

Faktor lain yang berhubungan dengan pola darah, konsumsi obat-obat tertentu dari dokter misalnya pada pasien kelainan jantung yang harus meminum obat pengencer darah. Pasien itu bisa saja mengeluarkan banyak darah saat haid.

“Itu disebut gangguan pendarahan akibat penggunaan obat-obatan,” kata Kanadi.

Hal lain yang perlu diperhatikan saat menstruasi, terkadang muncul nyeri pada bagian bawah perut.

Nyeri terbagi atas dua yakni primer dan sekunder. Mereka dengan nyeri primer biasanya sudah mengalaminya sejak awal menstruasi. Sementara orang dengan nyeri sekunder biasanya baru merasakan nyeri setelah beberapa waktu setelah haid pertama.

“Yang diwaspadai yang nyeri sekunder,banyak berhubungan dengan penyakit endometriosis. 1 dari 10 wanita kena endometriosis. Ini penyakit urban,” kata Kanadi.

Baca juga: Mengapa perempuan suka "bad mood" saat PMS?

Baca juga: Studi: Cangkir menstruasi aman praktis dan lebih murah

Baca juga: Mengapa muncul nyeri haid? Kenali fase-fase menstruasi


 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020