Ambon (ANTARA) - Dokter spesialis anak RSUD dr M Haulussy Ambon Sri Wahyuni menyatakan kegiatan posyandu di masyarakat membantu mendeteksi pertumbuhan anak dalam mencegah kasus gizi buruk myang berdampak pada kekerdilan (stunting).

"Kegiatan posyandu yang dilaksanakan setiap bulan penting untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan secara berkala," katanya, Selasa.

Kegiatan di Posyandu diantaranya menimbang anak untuk memantau pertumbuhannya supaya tidak ada gejala bayi dan balita mengalami gizi buruk dan kekerdilan.

Selain itu juga dilakukan penyuluhan pemberian makanan sehat, mengingat banyak kejadian pemberian makanan yang salah bagi anak.

"Selama ini orang tua ternyata tidak memanfaatkan posyandu secara baik. Banyak orang tua tidak terlalu peduli dengan kondisi anak yang pendek dan berat badan yang tidak stabil. Mereka menganggap anak yang lincah itu sehat padahal belum tentu," katanya.

Baca juga: Pakar gizi IPB: Maksimalkan posyandu untuk cegah "stunting"

Baca juga: Akademisi: perkuat posyandu guna mendukung pencegahan stunting

Baca juga: Alat deteksi "stunting" untuk balita dikembangkan UI


Posyandu sangat membantu mendeteksi secara dini apakah pertumbuhan atau perkembangan anak optimal atau tidak melalui Kartu Menuju Sehat (KMS).

"Melalui KMS kita bisa melihat perkembangan anak. Jika tidak berada di garis hijau, petugas posyandu harus langsung merujuk sang anak ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Masyarakat harus memanfaatkan posyandu untuk mendeteksi masalah gagal tumbuh, gizi kurang atau kekerdilan, " ujarnya.

Diakuinya, kasus yang acap terjadi saat ini, orang tua membawa anak untuk diperiksa saat kondisinya sudah kritis.

RSUD dr. Haulussy Ambon saat ini merawat empat penderita gizi buruk yakni Ellena (8 bulan), warga Suli, Kabupaten Malteng, Levensia Lehalima (3,8) warga Amahusu, Kota Ambon, Klementina Tabora (8), warga Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Yohanes Lesnussa (3) warga Kabupaten Buru Selatan.

"Bayi Ellena meninggal dunia pukul 6.25 WIT, setelah menjalani perawatan sejak pekan lalu akibat gizi buruk dan penyakit lainnya, yakni tumor, " ujarnya.

Keluhan masuk rumah kasih karena gizi buruk, kata dia, tetapi ada penyakit lain, yakni tumor di perut.

"Kita sudah fokus untuk memperbaiki gizi, dan memang sudah ada perubahan status gizi meningkat, dimana lingkar perut menurun, dan penambahan berat badan mulai bagus tetapi masalahnya pada tumor di perut, sehingga bayi Ellena tidak bisa bertahan hidup," katanya.*

Baca juga: Entaskan "stunting" di Sulsel, PKK dorong optimalisasi posyandu

Baca juga: Taspen Jambi gelar sosialisasi pencegahan stunting bagi kader Posyandu

Baca juga: Pasukan khusus penangkal "stunting" di NTB

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020