Asap yang mengepul membuat pengendara yang melintas wajib berhati-hati karena jalan hampir tak terlihat akibat kabut asap.
Banjarmasin (ANTARA) - Pembakaran lahan masih saja terjadi hingga saat ini di Kalimantan Selatan meski sudah masuk musim penghujan sehingga masyarakat provinsi ini belum terbebas dari bencana kabut asap. 

Berdasarkan pantauan sepanjang Kamis siang, ANTARA melaporkan api banyak membakar lahan di sepanjang Jalan Gubernur Syarkawi yang menghubungkan Jalan Trans Kalimantan dan Jalan Achmad Yani.

Bahkan, asap yang mengepul membuat pengendara yang melintas wajib berhati-hati karena jalan hampir tak terlihat akibat kabut asap.

"Sudah beberapa hari ini kebakaran lahan semakin parah di sini. Bahkan di tepi jalan kerap menyala juga, jadi kami harus pelan-pelan mengemudikan kendaraan," kata Sulaiman (45), sopir truk yang melintas di poros jalan yang dikenal pula dengan sebutan Jalan Lingkar Utara itu.

Keberadaan jalan yang membentang dari Kabupaten Banjar hingga Kabupaten Barito Kuala itu memang cukup vital karena banyak dilalui kendaraan, terutama jenis truk untuk angkutan barang lintas provinsi yaitu Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Akibatnya kabut asap dapat mengganggu pengguna jalan yang melintas dan rawan terjadinya kecelakaan.

Kebakaran lahan juga tampak terjadi di lokasi persawahan padi bekas panen di Kecamatan Jejangkit dan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala.

Terlihat sukarelawan Barisan Pemadam Kebakaran (BPK) dan petugas dengan satu unit mobil patroli Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat berjibaku memadamkan api di Desa Jejangkit.

"Ini semua lahan persawahan yang dibakar. Namun warga sekitar mengaku tidak mengetahui siapa yang membakarnya karena tiba-tiba api menyala dan membesar," kata Kasihan Rahmadi, relawan BPK yang melakukan upaya pemadaman.
Jalan di Desa Jejangkit, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala yang ditutupi kabut asap akibat banyak lahan pertanian dibakar setelah panen, Kamis (7/11/2019). (FOTO ANTARA/Firman)


Dikonfirmasi terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Selatan Wahyuddin menyatakan, pihaknya saat ini lebih memrioritaskan kawasan sekitar Bandara Syamsudin Noor di Banjarbaru untuk penanggulangan karhutla sehingga kabut asap yang ditimbulkan tak sampai mengganggu penerbangan.

Sedangkan untuk wilayah di luar itu, kata dia, menjadi tanggung jawab BPBD kabupaten dan kota setempat.

"Kecuali mereka tidak sanggup dapat kami bantu untuk mengerahkan peralatan dan pasukan," katanya.

Untuk penanggulangan karhutla, BPBD Kalsel mendirikan posko di Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala dan satu di Sambang Lihum, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar.

"Masing-masing posko kita siagakan 10 personel dan dua mobil tangki," timpalnya.

Ia mengakui seiring berakhirnya status siaga darurat karhutla pada 31 Oktober lalu, maka jajarannya telah mengurangi pengerahan personel dan armada untuk penanggulangan kebakaran lahan.

Meski begitu, dia memastikan bukan berarti pihaknya membiarkan begitu saja adanya kebakaran lahan yang terjadi saat ini.

"Kami harapkan pula bagi pelaku pembakar lahan dapat ditangkap aparat penegak hukum, sehingga menimbulkan efek jera agar tak lagi melakukannya. Imbauan juga terus kami lakukan, namun faktanya masih ada saja yang membakar lahan," kata Wahyuddin.

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin, mendeteksi adanya 31 hotspot atau titik panas pada Kamis. Sedangkan pada sehari sebelumnya Rabu (6/11), ada 111 hotspot yang terdeteksi di wilayah Kalimantan Selatan.

Untuk prakiraan cuaca, juga masih ada asap terutama pada waktu dini hari di Kabupaten Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Balangan, Hulu Sungai Utara dan Tabalong.
​​​
Baca juga: BMKG: Sumsel dan Kalsel masih perlu waspada karhutla

Baca juga: Gubernur Kalsel minta pemilik lahan lebih peduli karhutla

Baca juga: Waspadai petir-angin kencang musim transisi di Kalsel, sebut BMKG

Pewarta: Firman
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019