Jakarta (ANTARA) - Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan status konservasi satwa di Indonesia masih stabil atau tidak ada yang berubah dan bahkan sedikit mengalami peningkatan.

"Tidak ada yang berubah dari status konservasi yang sebelumnya," kata Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK Indra Exploitasia dalam Jumpa Pers di KLHK Jakarta, Senin.

Ia mengatakan belum mengetahui secara persis jumlah kemungkinan satwa yang terancam punah di Indonesia. International Union for Conservation of Nature (IUCN), katanya, memiliki sejumlah kategori dalam penetapan status konservasi satwa di seluruh dunia, mulai dari vulnarable atau rentan, critically in danger atau dalam bahaya sampai dengan status kepunahan.

KLHK menggunakan kategori-kategori yang ditetapkam IUCN sebagai dasar dalam menetapkan status konservasi di Indonesia, selain juga didasarkan pada penelitian dan kajian.

Baca juga: Mukomuko siapkan dana kompensasi bagi pelestari ikan mikih

Baca juga: TNI selamatkan ikan luimba-lumba terdampar di Pantai Tulungagung


Status konservasi di Indonesia tidak ada yang berubah dari status konservasi sebelumnya. Sampai saat ini, status konservasi satwa di Indonesia masih tetap stabil, misalnya badak Jawa yang dikatakan sebagai critically in danger.

"Jadi sampai sekarang juga masih critically in danger. Jadi tidak punah," katanya.

Meski masih berada pada status dalam bahaya, ia mengatakan jumlah populasi satwa tersebut meningkat dari sebelumnya 62 menjadi 68.

"Paling tidak kita sudah bisa melihat bahwa terjadi peningkatan dalam satu kondisi habitat tertentu badak jawa meningkat," katanya.

Ia berharap dengan berbagai upaya yang dilakukan KLHK status konservasi tersebut bisa menurun.

"Kita harapkan ke depan status ini bisa turun, tapi jangan sampai terjadi peningkatan status konservasi. Itu prinsipnya," katanya.*

Baca juga: Pelepasliaran dan upaya meningkatkan populasi di alam jalak putih

Baca juga: Konservasi Elang Jawa, ikhtiar menyelamatkan satwa endemik

Pewarta: Katriana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019