Teknologi ddPCR ini juga mampu mendeteksi keberadaan inhibitor pada sampel dan dapat diaplikasikan pada sampel yang kompleks
Bogor (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) optimistis teknologi polymerase chain reaction generasi ketiga yakni droplet digital polymerase chain reaction (ddPCR) membawa era baru kemajuan riset bioteknologi di Indonesia.

Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Puspita Lisdiyanti MAgr Chem, mengatakan hal itu di sela kegiatan seminar "Teknologi Digital PCR dan Pemanfaatannya untuk Deteksi Halal, Penyakit, dan Produk Rekayasa Genetika" di Auditorium Pusat Pemanfaatan dan Inovasi Iptek, LIPI, Cibinong, Bogor, Selasa.

Menurut Puspita Lisdiyanti, teknologi ddPCR ini proses kerjanya lebih cepat dan hasilnya akurat, tapi masih belum banyak dikenal di Indonesia. "Riset bioteknologi di Indonesia masih banyak menggunakan teknologi PCR generasi pertama," katanya.

Baca juga: LIPI siap membantu pengembangan teripang di Lombok Timur

LIPI melalui Pusat Penelitian Bioteknologi, kata dia, memperkenalkan teknologi ddPCR ini dan pemanfaatannya untuk deteksi halal, penyakit, serta produk rekayasa genetika, sehingga akan banyak membantu mendeteksi produk-produk yang terkait pada tiga bidang tersebut.

Lisdiyanti menjelaskan teknologi ddPCR ini sejak pertama kali ditemukan oleh Kary Bank Mulis pada 1983, telah banyak membantu dalam proses penelitian terkait analisis DNA.

Keunggulan teknologi ddPCR ini dibandingkan dengan dua generasi sebelumnya, kata dia, adalah memiliki tingkat sensitivitas tertinggi serta mampu membantu deteksi sampel DNA dengan konsentrasi yang sangat rendah tanpa mengurangi akurasi dan presisinya.

"Teknologi ddPCR ini juga mampu mendeteksi keberadaan inhibitor pada sampel dan dapat diaplikasikan pada sampel yang kompleks," katanya.

Baca juga: Pengamat LIPI: Kabinet Jokowi tonjolkan soliditas-sinergi lebih kuat

Menurut dia, keberadaan teknologi ddPCR diyakini sangat efektif dan sesuai dengan kebutuhan digitalisasi dalam proses penelitian bioteknologi saat ini.

"Data yang dihasilkan dari ddPCR ini mencerminkan data sinyal positif dan sinyal negatif dengan tingkat sensitivitas dan akurasi tinggi," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengelolaan Penelitian Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Dr Ahmad Fathoni M Eng menambahkan, melalui seminar ini LIPI ingin lebih memperkenalkan teknologi ddPCR baik kepada perguruan tinggi, lembaga riset, korporasi, maupun masyarakat umum.

Menurut dia, teknologi ddPCR yang prinsip kerjanya adalah deteksi molekuler ini dapat diterapkan pada banyak bidang, tapi dalam seminar ini memperkenalkan melalui tiga bidang yakni halal, penyakit, serta produk rekayasa genetika.

"Hadirnya teknologi PCR generasi ketiga yang lebih cepat, simpel, dan akurat ini, diharapkan dapat memajukan riset bioteknologi di Indonesia," katanya.

Menurut Fathoni, LIPI juga menarh harapan hadirnya teknologi ddPCR ini dapat membangun dua skema kerja sama antara LIPI dengan lembaga pengguna. Pertama, lembaga pengguna menitipkan sampel untuk diteliti oleh LIPI dan keduanya adanya kerja sama riset antara LIPI dan lembaga pengguna.

Baca juga: LIPI harapkan metode riset masuk kurikulum pendidikan




 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019