Saya selalu menghormati NU yang merupakan contoh Islam moderat
Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama pemerintah Amerika Serikat melalui Kedutaan Besar (Kedubes) untuk Indonesia sepakat untuk mengatasi berbagai ancaman radikalisme, kekerasan, terorisme dan tindakan intoleran di Tanah Air.

"Banyak sekali pembahasan yang positif dibicarakan dan saling menyamakan pendapat, terutama tentang radikalisme, kekerasan, terorisme dan tindakan intoleran," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj usai melakukan pertemuan dengan Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph Donovan, di Jakarta, Senin.

PBNU kata dia, sejak dulu tetap berupaya membangun toleransi dan moderasi dalam Islam. Hal itu untuk melakukan kontra-radikalisme. Namun, jika terjadi perbuatan tersebut pemerintah melalui aparat akan menyelesaikannya.

"Kalau terjadi terorisme itu kewajiban Densus tapi kita bangun masyarakat yang berbudaya toleran, beradab anti radikalisme," kata dia.

Menurutnya dengan dibangun jiwa masyarakat yang toleran, berbudaya, beradab maka berbagai sikap atau perbuatan yang mengarah pada kekerasan, intoleran, terorisme dapat diatasi.

 Baca juga: Dubes AS ke Muhammadiyah bahas Xinjiang


Terkait peranan Amerika Serikat, Said mengatakan negara Adidaya itu berada dalam posisi memperkuat dukungan pendidikan dan budaya.

Selama ini Kedubes Amerika Serikat juga memiliki keyakinan PBNU mewarisi Islam yang moderat anti kekerasan, intoleran dan perbuatan lain yang dapat merusak perdamaian.

"Kita harapkan Kedubes Amerika Serikat juga menyampaikan pemahaman kepada masyarakat Amerika jangan generalisir Islam sebagai teroris," kata dia.

Sementara itu, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Joseph Donovan mengatakan PBNU mewarisi Islam yang moderat seperti saat Gus Dur masih memimpin Indonesia.

"Saya selalu menghormati NU yang merupakan contoh Islam moderat dan jadi contoh di Indonesia dan juga di seluruh dunia," katanya.

Ia mengatakan Kedubes Amerika Serikat dan PBNU membahas banyak hal, salah satunya terkait kekerasan, intoleran dan terorisme.

Ke depan, kedua negara tersebut akan semakin memperkokoh hubungan serta upaya mengatasi hal itu, ujarnya.

Baca juga: Said: Beruntung Gus Dur tidak hidup di era medsos

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019