Terutama saya lihat kelemahan mereka adalah dari teknik menjahit. Tapi kalau dari segi desain, inspirasinya bagus-bagus.
Pontianak (ANTARA) - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Kalimantan beberapa waktu lalu, menjadi inspirasi desainer muda, Cyndika Verona (17) menuangkan idenya dalam sebuah karya fesyen dan berhasil menjuarai lomba desain dalam rangka Hari Jadi Kota Pontianak ke-248.

Cindyka di Pontianak, Senin, mengatakan, karya yang ditampilkannya pada kompetisi ini terinspirasi dari bencana kabut asap yang sempat menyelimuti Kota Pontianak beberapa waktu lalu, dimana pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi Karhutla dengan memadamkan lokasi kebakaran lahan.

"Maka dari itu, semua makhluk hidup merindukan turunnya hujan agar bencana itu segera teratasi. Dari situlah muncul ide saya dengan mengusung tema Miss The Rain atau Merindukan Hujan, sehingga berhasil mengantarkan saya menjadi juara," kata siswi Kelas XII SMK 5 Pontianak tersebut.

Ia menambahkan busana karyanya yang diperagakan sepasang model pria dan wanita bergaya kasual bersiluet, dan warna yang mendominasi adalah biru, abu-abu, krim, putih tulang dan hitam. Proses pembuatannya memakan waktu sekitar sepuluh hari. "Bahan variasi tenun, drill dan katun," terang gadis yang sebelumnya pernah mengikuti lomba serupa dan meraih juara dua itu.

Baca juga: Pelantikan Presiden, siapa yang memiliki gaya terbaik?

Baca juga: Fesyen Retno Marsudi tidak terpisahkan dari aksesori

 
Fotom bersama peserta lomba desian fashion dalam rangka Hari Jadi Kota Pontianak ke-248. (Istimewa)


Dia mengaku tantangan yang dihadapi dirinya sebagai desainer muda adalah bagaimana mendesain busana yang tidak umum dan berbeda dari yang lain. "Karena itu saya bertekad bagaimana menciptakan karya sekreatif mungkin sehingga menjadi sebuah karya terbaik," kata Cyndika.

Ia berharap pemerintah memberikan perhatian kepada para desainer lokal dengan memberikan ruang seluas-luasnya untuk mereka berkarya. "Banyak desainer lokal yang mempunyai potensi untuk dikembangkan," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Kota Pontianak, Yanieta Arbiastutie Kamtono mengapresiasi antusiasme para peserta Pontianak Fashion Design Competition yang digelar dalam rangka menyambut Hari Jadi Kota Pontianak ke-248. Awalnya, peserta yang mendaftar berjumlah 23 peserta, namun setelah melalui tahapan seleksi, tersisa 10 nominator. "Kesepuluh nominasi ini lah yang tampil malam ini untuk memperebutkan juara pertama hingga juara Harapan Ketiga atau enam posisi juara," ujarnya.

Yanieta yang juga sebagai satu diantara juri yang menilai para peserta, menyebut, ada lima kriteria penilaian dalam kompetisi ini, yakni kreativitas, originalitas, kerapian, daya jual dan daya pakai. "Dari sejumlah peserta yang mendaftar dalam kompetisi, didominasi desainer-desainer muda Pontianak yang memiliki kreativitas dan ide yang luar biasa," katanya.

Baca juga: Kementerian Ketenagakerjaan optimalkan BBPLK tingkatkan sdm fesyen

Baca juga: Pemerintah dorong industri fesyen untuk tingkatkan perekonomian


Tema kompetisi desain fashion ini, lanjut dia, adalah Ready to Wear, The Large Corak Insang. Diangkatnya tema corak insang karena sebagai upaya mengangkat dan melestarikan khas tenun Pontianak.

Yanieta menuturkan Dekranasda Kota Pontianak terus melakukan pembinaan kepada para desainer-desainer muda yang memiliki potensi. Para desainer ini juga didorong untuk terus melestarikan kearifan lokal melalui karya-karya fesyen yang mereka ciptakan. "Kami akan berusaha memajukan dan meningkatkan kompetensi para desainer muda sehingga mereka bisa bersaing di tingkat nasional, bahkan internasional," katanya.

Satu diantara juri Pontianak Fashion Design Competition, Uke Tugimin mengatakan, lomba desain fesyen ini merupakan kali ketiga yang digelar setiap tahunnya. Dalam perjalanannya, setiap tahun, berdasarkan pengamatannya, kualitas para desainer lokal kian menunjukkan peningkatan. "Yang lebih membanggakan adalah para desainer muda ini merupakan siswa dari SMK, artinya dunia pendidikan sudah selaras dengan dunia usaha yang sebenarnya," ujarnya.

Diakui Uke, para desainer muda ini banyak menelurkan ide-ide dan kreativitas yang dituangkan dalam sebuah karya yang tak kalah dengan desainer profesional. Ia optimis karya-karya desainer muda ini bisa bersaing di tingkat nasional, dengan catatan mereka harus berusaha lebih keras lagi meningkatkan kemampuannya.

"Terutama saya lihat kelemahan mereka adalah dari teknik menjahit. Tapi kalau dari segi desain, inspirasinya bagus-bagus," imbuh desainer kenamaan yang sudah malang melintang menggeluti dunia fesyen itu.

Dia menyambut baik digelarnya lomba-lomba fesyen seperti ini sebagai upaya memotivasi anak-anak muda yang menggeluti dunia kreatif sandang untuk selalu berkarya dan menuangkan kreativitasnya. Apalagi hadiah yang disediakan panitia penyelenggara dinilainya cukup menarik, selain uang pembinaan, juga diberikan mesin jahit. "Hadiah ini juga bisa menjadi motivasi mereka untuk tampil dengan karya terbaik," katanya.

Dalam kompetisi lomba desain busana ini, melibatkan juri-juri dari berbagai kalangan, yakni Yanieta Arbiastutie Kamtono sebagai Ketua Dekranasda Kota Pontianak, Uke Tugimin sebagai Fashion Designer, Hadi Kusnan selaku Fashion Designer, Ulya Alfisa dari National Board of Indonesian Fashion Chamber (IFC), Arief Fitriansyah sebagai Ketua IFC Chapter Pontianak dan Hamisah sebagai Sekretaris IFC Chapter Pontianak.

Adapun hasil lengkap para pemenang Pontianak Fashion Design Competition adalah Juara Pertama diraih Cyndika Verona, Juara Kedua Syf Yuli Purnamasari dan Juara Ketiga diraih Salwa Salsabila Alvanisa.

Sedangkan Juara Harapan Satu direbut kolaborasi dua desainer yakni Diah Fadia dan Tri Lolita Andini, Harapan Kedua, Faza Rusyda Ulya dan Harapan Ketiga diraih Malsa Sara Khafilah.*

Baca juga: Empat "fashion item" karya anak bangsa yang wajib dimiliki

Baca juga: Desainer: Indonesia berpeluang jadi barometer "modest fashion"

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019