Disrupsi teknologi informatika disemua segi kehidupan masyarakat belum mampu untuk dikonsolidasikan menjadi peluang dan kekuatan membangun bangsa dan menguatkan persatuan nasional
Jakarta (ANTARA) - Organisasi PARA Syndicate memilih menggelar kuliah kebangsaan pada syukuran empat tahun umur lembaga tersebut guna mengajak masyarakat kembali bersatu membangun bangsa pascapesta demokrasi 2019.

"Memang kita melihat setelah 20 tahun reformasi ada kecenderungan memang kita mengalami kemunduran berdemokrasi, bukan proseduralnya tapi kita tidak siap berdemokrasi berbeda pendapat dalam pemilu dan sebagainya," kata Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo, di Jakarta, Kamis.

Cara-cara berdemokrasi belakangan ini, kata dia justru malah merusak sistem demokrasi yang telah dipilih dan dibangun.

Baca juga: Pengamat: Sejumlah elite sedang bermain-main dengan nasionalisme

Apalagi pascapemilihan umum, muncul polarisasi di masyarakat yang mengancam demokrasi akibat masih maraknya narasi dan praktik politik populisme yang sarat isu-isu identitas, utamanya saat gelaran Pemilu.

Politisasi agama dan identitas sangat berdampak pada persatuan dan kesatuan Indonesia, penyebabnya yang pertama terjadinya pengerasan identitas primordial, sentimen sektarian, dan paparan radikalisme yang menghancurkan sendi-sendi persatuan bangsa

Kemudian, meredupnya khazanah tradisi ke-Indonesia-an dalam menghadapi terpaan lintas dominasi budaya asing yang akhirnya menyebabkan krisis kebangsaan dan bernegara

"Disrupsi teknologi informatika disemua segi kehidupan masyarakat belum mampu untuk dikonsolidasikan menjadi peluang dan kekuatan membangun bangsa dan menguatkan persatuan nasional," tutur dia

Belakangan, pertukaran lintas budaya yang timpang membuat Indonesia hanya sebagai konsumen akibatnya menciptakan krisis karakter atau jati diri, begitu juga dengan budaya yang mengikis kebersamaan dan solidaritas berbangsa.

Baca juga: Para Syndicate bedah buku "The President"

Kemudian, persatuan Indonesia sedang tercabik-cabik oleh pertikaian berlatar belakang SARA (suku, agama, ras, antar-golongan] dan permusuhan yang berlarut-larut akibat ekses kontestasi politik elektoral yang merusak harmoni sosial dan persaudaraan di dalam masyarakat.

"Oleh karena itu kita menghadirkan budayawan, tokoh agama untuk memberikan kuliah kebangsaan, menunjukkan kepada masyarakat bahwa identitas dan agama itu saling mengokohkan bukan malah memecah-belah," ujarnya.

PARA Syndicate menghadirkan Budayawan Mohammad Sobary untuk menarasikan dongeng budaya bersama dua tokoh Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar dan Romo Kardinal Uskup Agung Ignatius Suharyo untuk memberikan kuliah umum.

Baca juga: Para Syndicate: pasangan capres-cawapres tidak mengelaborasi visi-misi dengan baik

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019