Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian meneken komitmen bersama kementerian/lembaga lain beserta industri dan sejumlah asosiasi logistik untuk menurunkan biaya logistik nasional yang saat ini masih tinggi.

Dengan komitmen tersebut, diharapkan seluruh pemangku kepentingan bisa berupaya mendorong agar biaya logistik nasional yang saat ini sebesar 24 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) bisa turun mendekati biaya rata-rata logistik internasional dalam lima tahun ke depan.

"Making Indonesia 4.0 sudah diluncurkan Presiden pada 2018, di mana kami punya roadmap pengembangan 4.0 di lima sektor. Aliran material di lima sektor itu, sangat berkaitan dengan logistik," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Kemenhub ungkap tiga faktor utama bebani biaya logistik nasional

Menurut Achmad, lima sektor prioritas untuk dikembangkan dalam Making Indonesia 4.0 itu yakni makanan dan minuman, tekstil, otomotif, kimia dan elektronik masih terkendala masalah logistik yang pelik.

Ia mencontohkan industri makanan dan minuman yang terkendala masalah rantai pasok yang panjang padahal jenisnya tidak tahan disimpan dalam waktu lama.

"Padahal industri makanan dan minuman ini pertumbuhannya tinggi, bisa 8-9 persen, bahkan lima tahun lalu mencapai dua digit. Sehingga aspek logistik ini penting di industri ini mulai dari hulu hingga ke industrinya," tuturnya.

Baca juga: Transformasi logistik 4.0 diharapkan turunkan biaya logistik

Achmad juga menilai dengan revolusi industri 4.0, sektor logistik juga ikut mengalami transformasi. Hal itu tentu diharapkan dapat ikut mengurangi biaya logistik Indonesia serta meningkatkan indeks kinerja logistik Indonesia yang saat ini masih berada di bawah negara-negara Asia lainnya seperti Vietnam, India, dan China.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Badan Kejuruan Teknik Industri Persatuan Insinyur Indonesia (BKTI-PII) Made Dana Tangkas mengatakan industri dihadapkan pada masalah logistik dan rantai pasok yang besar.

Padahal, di sisi lain, pemerintah telah memiliki peta jalan pembangunan industri untuk mendorong daya saing di pasar global.

"Maka peranan rantai pasok dan logistik ini vital. Kalau tidak digerakkan secara terpadu dan sistematis, akan menjadi masalah," katanya.

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019