Jakarta (ANTARA) - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengemukakan banyak pengembangan terjadi pada sistem transportasi di Jakarta dalam dua tahun kepemimpinannya.

Anies saat ditemui di Balai Kota Jakarta, Selasa, merinci bidang transportasi Jakarta mengalami peningkatan signifikan di semua lini termasuk jumlah rute dan jumlah penumpang pada semua jenis moda transportasi (Transjakarta, MRT dan LRT).

"Semuanya meningkat signifikan dari tahun 2017 sampai 2019 dari semua aspek. Semoga pada tahun 2020 akan semakin bertambah lagi," kata Anies.

Untuk Transjakarta, yang melaju pada lintasan sepanjang 251,2 kilometer (terpanjang di dunia) dengan 109 rute di tahun 2017 bertambah jadi 220 rute di tahun 2019.

Jumlah armada juga bertambah dari 2.380 di tahun 2017 menjadi 3.548 armada di tahun 2019 yang ditargetkan mencapai 3.565 unit pada akhir 2019.

Hal ini membuat rata-rata penumpang harian Transjakarta yang berkisar 300 ribu penumpang per harinya selang waktu 2004-2017, meningkat menjadi 641 ribu penumpang per hari pada 2019.

Subsidi atau Public Service Obligation (PSO) Transjakarta juga direncanakan bertambah sepuluh kali lipat lebih, dari Rp333.084.520 pada 2011 menjadi Rp4.197.240.979 yang diajukan pada 2020 yang masih harus dibahas dengan DPRD DKI Jakarta.

Pada 2019, fasilitas bus TransJakarta terintegrasi dengan dua moda transportasi lain berbasis rel, yakni MRT di Bundaran HI dan LRT di Jalan Pemuda.

"Tiga bus listrik juga sudah menjalani uji coba tahun ini untuk mengatasi polusi udara di Ibu Kota," kata Anies.

Baca juga: Anies Baswedan tanggapi istilah "gubernur rasa presiden"
Baca juga: Anies Baswedan berharap wakilnya segera dipilih DPRD


Penumpang MRT
Moda Raya Terpadu (MRT) juga mengalami peningkatan signifikan dalam hal jumlah penumpang. Hingga Juli 2019, jumlah rata-rata pengguna MRT Jakarta mencapai 94.824 orang per hari, naik 15,9 persen dari bulan sebelumnya yang ditargetkan mencapai 100 ribu penumpang per hari pada akhir 2019.

Namun demikian belum ada pengembangan lebih lanjut soal rute dan jalur dari MRT yang saat ini masih berada di fase 1 antara Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 16 kilometer dengan 13 stasiun di dalamnya.

Untuk pembangunan fase selanjutnya, kata Anies, PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) yang berdiri pada 17 Juni 2008, telah merancang pembangunan koridor MRT Jakarta Utara-Selatan di mana Fase 2 berada di Bundaran HI-Kota Tua, yang akan direncanakan pada 2020 mendatang dan ditargetkan selesai empat tahun kemudian.

"Ke depannya akan dibangun MRT Jakarta Timur-Barat atau fase 3 antara Kalideres-Cempaka Baru," katanya.

Untuk Lintas Raya Terpadu (LRT), Anies mengklaim bisa menghemat waktu masyarakat berkisar 13-15 menit perjalanan dari Kelapa Gading, Jakarta Utara, ke Stasiun Velodrome, Jakarta Timur.

Bila dilanjutkan dengan berjalan kaki melalui skybridge dari Stasiun Velodrome menuju Halte Pemuda Rawamangun, kemudian diteruskan dengan naik bus TransJakarta ke Halte Dukuh Atas, akan memakan waktu sekitar 40 menit.

"Jadi bila diakumulasikan, total waktu perjalanan dengan integrasi LRT Jakarta dan bus Transjakarta dari Kelapa Gading sampai Dukuh Atas berkisar 55-60 menit," kata Anies.

Baca juga: Anies bagikan tips bersepeda di Jakarta
Baca juga: Anies minta MRT-Transjakarta akomodir fasilitas bagi pengguna sepeda


Integrasi
Sejak 11 Juni 2019 hingga 13 Oktober 2019, LRT Jakarta diuji coba secara gratis melewati enam stasiun, yaitu Pegangsaan Dua, Pulomas, Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Equestrian serta Velodrome yang telah melayani sekitar 798 ribu penumpang.

Kesemuanya transportasi itu, kata Anies, akan dengan serius dilakukan penyempurnaan integrasi antarmoda ke depannya.

Selanjutnya akan semakin terintegrasi melalui program Jak Lingko (integrasi rute, prasarana, maupun pembayaran bus Transjakarta dan angkutan kecil) yang akan tersambung dengan dengan MRT dan LRT.

Pemprov DKI Jakarta menargetkan 10.047 armada armada kecil, sedang serta besar terintegrasi Jak Lingko dan segera diremajakan tahun depan.

"Untuk implementasi pembatasan usia kendaraan angkutan umum sepuluh tahun akan direalisasikan maksimal pada 2020," ujar Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Syafrin Liputo.

Sistem pembayaran cashless dengan kartu Jak Lingko bertarif maksimal Rp5.000 per tiga jam, khusus untuk transportasi berbasis jalan. Kartu Jak Lingko seharga Rp30.000 yang bersaldo Rp10.000 dapat diisi ulang melalui ATM Bank DKI dan BNI.

Baca juga: Kampung Akuarium diarahkan jadi kawasan wisata budaya sejarah
Baca juga: Taman Kembang Kerep dibangun tanpa APBD DKI


Polusi Udara
Dengan kemudahan itu, target penumpang angkutan umum di Jakarta mencapai 260 juta orang pada 2019, bertambah dari 145 juta penumpang pada 2017 dan 190 juta orang pada 2018.

"Di samping mengurangi polusi udara dengan berpindah dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, kemacetan juga berkurang dari nomor empat menjadi ketujuh di dunia," kata Anies.

Selain itu, Pemprov merevitalisasi trotoar dengan memasang papan informasi seputar transportasi publik di 28 halte non BRT Koridor Sudirman berupa peta, penanda (signage) dan penunjuk jalan (wayfinding) untuk memudahkan masyarakat dalam menggunakan kendaraan umum di Jakarta.

Selanjutnya, perluasan sistem ganjil genap dari sembilan menjadi 25 ruas jalan yang dimulai pada 9 September 2019, yang juga mengalihkan masyarakat dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.

Evaluasi Pemprov DKI pada masa uji coba perluasan ganjil genap dari 12 Agustus 2019 hingga 6 September 2019, volume kendaraan menurun 25,24 persen, walau hingga sekarang masih terjadi kemacetan di ruas-ruas jalan utama pada jam-jam sibuk.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019